Sabtu, 26 Desember 2015

laporan praktikum



LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FISIKOKIMIA
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
OLEH :
Yulfy Mei Ryzha
D1A140912
PATNER :
Ameen talokmeeyae
Mutia dwi lestari
Netty nurhayati
Risna mardotillah
LABORATURIUM KIMIA JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tiga metode yang handal, cepat dan selektif telah dikembangkan dan divalidasi untuk penentuan lamotrigin di hadapan kenajisannya, 2,3-asam dichlorobenzoic. Metode pertama adalah metode spektrofotometri menggunakan asam p-chloranilic membentuk produk berwarna dengan   λ maks 519±2 nm. Semua variabel yang mempengaruhi reaksi memiliki telah diselidiki dan kondisi yang dioptimalkan. Hukum Beer adalah dipatuhi selama rentang konsentrasi 10 - 200µg/ml dengan akurasi rata-rata 100,13±0,44%. Rasio molar dari ion-asosiasi yang dibentuk kompleks ditemukan menjadi 1: 1 seperti yang disimpulkan dengan metode Job. Kondisi stabilitas konstan (Kf), standar energi bebas, molar absorptivitas ( ), dan indeks sensitivitas dievaluasi. Metode kedua adalah didasarkan pada pemisahan KLT dikutip dari obat (Rf = 0,75±0,01) dari kenajisannya (Rf = 0,23±0,01) diikuti dengan pengukuran densitometri dari utuh obat bintik-bintik pada 275 nm. Pemisahan dilakukan pada pelat silika gel menggunakan etil asetat: metanol:amonia 35% (17: 2: 1 v/v/v) sebagai fase gerak. Rentang Linearitas adalah 0,5-10µg / spot dengan akurasi rata-rata 99,99±1,33%. Metode ketiga adalah akurat dan sensitif stabilitas-menunjukkan HPLC metode yang didasarkan pada pemisahan lamotrigin dari pengotor pada kolom fase terbalik C18, menggunakan fase gerak asetonitril : metanol : 0.01M kalium orthophosphate (pH 6,7±0,1) (30: 20: 50 v / v / v) pada suhu ambien 25±5 ° C dan deteksi UV pada 275nm dalam waktu analisis keseluruhan dari sekitar 6 menit, berdasarkan pada daerah puncak.. Pengulangan injeksi, intraday dan interday pengulangan dihitung. Prosedur ini memberikan respon linier selama rentang konsentrasi 1-12µg/ml dengan akurasi, rata-rata 99,50±1,30%. Metode yang diusulkan telah berhasil diterapkan untuk penentuan dari lamotrigin dalam bubuk massal, dalam bentuk dosis dan di hadapan pengotornya. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA untuk menilai bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara masing-masing tiga metode dan melaporkan satu. Validasi dilakukan sesuai dengan pedoman USP.
I.2 prinsip dan Tujuan
1.2.1.      Tujuan Percobaan
1.      Melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
2.      Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil penetpan kadar
1.2.2          Prinsip percobaan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Saat ini Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau biasa juga disebut HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. KCKT dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kegunaan umum KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organic, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionic, maupun switter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace element) dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri.
KCKT merupakan metode tidak desktruktif dan dapat digunakan baik dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif. Kromatografi merupakan teknik yang mana solute (zat terlarut) terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Interaksi KCKT pada dasarnya terdiri atas 8 komponen pokok, yaitu : wadah fase gerak, system penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom, detector, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, suatu computer atau integrator atau penekan.
(Rohman & Ganjar, 2009)
KCKT sangat cocok untuk memisahkan minyak atsiri dan kadang-kadang menunjukkan keuntungan yang berarti kesetimbangan metode kolom terbuka (kapiler) dan KG yang sekarang dipakai, pendadahan keudara minimum, hasil urai karena suhu tinggi dicegah, senyawa yang tidak atsiri dapat dipisahkan, dan laju perolehan kembali cuplikan tinggi. Akan tetapi, minyak atsiri sering terdiri atas campuran yang sangat rumit menjadi golongan-golongan senyawa atau memisahkan golongan senyawa menjadi komponennya.
(Hostettmann, 1995)
Pada kromatografi cair ini digunakan kolom tabung gelas dengan bermacam dimeter. KCKT berbeda dari kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter kecil, 2-8mm dengan ukuran partikel penunjang penunjang 50mm, sedangkan laju aliran dipertinggi dengan tekanan yang tinggi.
(Khopkar, 1990)
Terdapat 2 mode operasional HPLC yaitu mode isokratik dan metode gradient. Mode isokratik serupa dengan instrumental dalam KG, hanya dalam HPLC komposisi fase geraknya yang sama selama pengukuran berlangsung. Sebaliknya, dalam mode gradient komposisi fase gerak divisualisaikan selama pengukuran berlangsung.
 (Hendayana, 2006)
KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan koefisien kolom dan kecepatan analisis. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam cairan ataupun padat. Kelebihan KCKT antara lain dapat dilaksanakan pada suhu kamar, cepat dan mudah pelaksanaannya, peka dari detector KCKT dapat divariasi dan unik, pelarut pengembang dapat dipakai berulang kali demikian juga dengan kolomnya, ideal untuk molekul besar dan ion, mudah memperoleh cuplikan, daya pisahnya baik, dan dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis.
(Harbone, 1987)













           


 

BAB III
METODE KERJA
III.1              Alat dan Bahan
III.1.1  Alat yang dibutuhkan
·         Labu ukur 50ml
·         Labu ukur 10ml
·         Pipet tetes
·         Alat penggerus
·         Membrane filter PTFE
·         Gelas ukur
III.1.2  Bahan yang dibutuhkan
·         paracetamol serbuk
·         paracetamol  tablet
·         fase gerak
III.1.3  Cara kerja sampel
SISTEM KROMATOGRAFI
Fase diam              : ODS, packing L1
fase gerak              : air : methanol = 3:1 ( v/v )
Laju alir                 : 1.5 mL/menit
Lempeng teoretis   :  1000
Tailing factor         : maksimal 2
Detector                 : UV 243 nm
UJI KESESUAIAN SISTEM
Untuk menilai apakah sistem kromatografi yang diset sudah memenuhi syarat atau tidak,makadilakkan uji kesesuaian sistem. Uji dilakukandengan menginjeksikan berturut-turut sebanyak7 kali larutan standar ke dalam instrument KCKT. Selanjutnya luas area standar,waktu retensi, faktorikutandihitungnilai simpangan baku relative (SBR) nya. Uji kesesuaian sistem dunyatakan memenuhi syarat apabilanilai SBR <2,0 %.
ANALISIS KUALITATIF
Larutan Standar
Timbang dengan seksama 25 mg baku pembanding paracetamol ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Kocok larutan hingga homogeny. Pipet 1,0 ml larutan ke dalam labu takar 10 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane filter PTFE ukuran 0,45μm. Larutan siap untuk diinjeksi ke dalam alat KCKT.
Larutan Uji
Timbang dengan seksama 25 mg bahan baku parasetamol ke dalam labu ukur 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas.kocok larutan hingga homogeny. Pipet 1,0 ml larutan ke dalam labu takar 10 ml. Encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane filterPTFE ukuran 0,45 μm. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT.
Injeksikan masing-masing larutan standard an larutan ujike dalamalat KCKT. Rekan kromatogram yang terbentuk. Bandingkan kromatogram larutan ji dan larutan standar. Waktu retensi puncak larutan uji harus sama dengan waktu retensi puncak larutan standar.
ANALISIS KUANTITATIF
Larutan Standar
Timbang dengn seksama 25 mg baku pembanding parasetamol ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Kocok larutan hingga homogeny (larutan stok baku pembanding parasetamol ).buat serangkaian pengenceran larutan standar untuk pembuatan kurva kalibrasi. Pipet masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8;1,0; 1,2 ml larutan stok baku pembanding ke dalamlabu takar 10ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saringlarutan dengan membrane filter PTFE ukuran 0,45μm. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam aat KCKT. Hitung konsentrasi masing-masing larutan kurva kalibrasi.
Larutan Uji
Timbang dengan seksama 25 mg bahan baku parasetamol ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Kocok larutan hingga homogeny. Pipet 1,0ml larutan ke dalam labu takar 10 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane filter nilon ukuran 0,45 μm. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT.





BAB IV
DATA
Larutan kualitatif
Larutan standar
peak
ret.time
area
height
mark
1
3,502
40180
2752
v
2
4,000
368249
6436
v
3
4,794
1143794
53330
v
4
5,833
1300075
22587

total

267689
84654


Larutan uji
peak
ret.time
area
height
1
4,869
2764
262
2
6,425
22968
1514
3
11,014
2978
108
total

28700
1885

Larutan kuantitatif
peak
ret.time
area
height
mark
1
3,292
1355
108

2
3,577
2658
154
v
3
5,005
13211
1194
v
total

17225
1455


peak
ret.time
area
height
1
0,358
1991
84
total

1991
84

peak
ret.time
area
height
mark
1
3,359
149820
8693

2
3,695
34401
2579
v
total

184221
11272


peak
ret.time
area
height
1
2.104
130421
6256
total

130421
6256

peak
ret.time
area
height
mark
1
1596
49375
2835

2
1,917
8355
734
v
total

57730
3568


peak
ret.time
area
height
1
3,695
44743
2098
total

44743
2098

















BAB V
PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif kandungan parasetamol menggunakan peralatan Kkromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)/ High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk anlisis kualitatif maupun kuantitatif.Sampel yang dianalisis pada percobaan ini adalah parasetamol. HPLC lebih unggul bila dibandingkan dengan kromatografi kolom terbuka. Dalam HPLC digunakan ukuran partikel fase diam yang lebih kecil dan pompa bertekanan tinggi (300-3000 Psi) untuk menjamin proses penghantaran fase gerak dapat berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan.
Pada percobaan ini Metode yang digunakan adalah metode fae terbalik (reverse phase), dimana fused silica yang bersifat polar dilapisi dengan Oktadesil Silika (ODS atau C18) yang bersifat nonpolar. Fase diam ini dapat dibuat dengan mereaksikan silika dengan alkil klorosilan yang dikenal dengan reaksi silanisasi.
Pada percobaan ini digunakan sistem HPLC fase terbalik karena:
1. Senyawa yang polar akan lebih baik pemisahannya pada kromatografi fase terbalik.
2. Senyawa yang mudah terionkan (ionik) yang tidak dapat terpisahkan pada HPLC fase normal dapat dipisahkan menggunakan sistem HPLC fase terbalik.
3. Fase diam yang digunakan dalam kromatografi fase normal mempunyai keterbatasan.
Keterbatasannya adalah kepolaran komponen yang dianalisis harus lebih rendah dibandingkan kepolaran fase diam sehingga pemisahan sangat tergantung pada perbedaan polaritas antara fase diam dan komponen yang dipisahkan. Jika perbedaan tersebut sangat kecil, maka tidak terjadi pemisahan atau pemisahan kurang efisien. Karena alasan tersebut, maka digunakanlah fase terikat non polar yang dibuat dengan mereaksikan klorosilan dengan gugus silanol dari silika.
Fase gerak yang digunakan pada percobaan ini adalah campuran asam asetat dan metanol dengan perbandingan 6:4. Campuran ini akan menhasilkan larutan polar. Fase gerak untuk HPLC harus  mempunyai kemurnian tinggi dan bebas dari komponen partikel padat yang dapat menyumbat kolom, mengisi rongga-rongga, dan mengurangi kontak analit dengan fase diam.
Pada awal penyuntikan dilakukan penyuntikan parasetamol murni, kemudian ditunggu selama 10 menit, setelah alat HPLC berbunyi (merupakan tanda bahwa elusi telah selesai) maka kromatogram diprint. Langkah selanjutnya dilakukan penyuntikan standar campuran parasetamol pada berbagai konsentrasi (0,02%; 0,03%; 0,04%; 0,05%; 0,06%; 0,07%; 0,08%; dan 0,10%) yang nantinya digunakan untuk membuat kurva baku parasetamol. Setelah selesai selanjutnya larutan sampel yang mengandung parasetamol dimasukkan ke dalam injektor lalu dielusi.


BAB VI
KESIMPULAN

  1. ·         Metode KCKT yang digunakan cocok untuk identifikasi uji kualitatif dan kuantitatif pada parasetamol 
  2.      Metodde KCKT menunjukkan bahwa metode ini dapat berhasil digunakan secara rutin. 
  3.   Metode yang di usulkan adalah sederhana, sensitive, cepat, spesifik, dan dapat diterapkan untuk kualitas dan stabilitas pemantauan parasetamol.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar