LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FISIKOKIMIA
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
OLEH :
Yulfy Mei Ryzha
D1A140912
PATNER :
Ameen talokmeeyae
Mutia dwi lestari
Netty nurhayati
Risna mardotillah
LABORATURIUM KIMIA JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Tiga metode yang handal, cepat dan selektif telah dikembangkan dan
divalidasi untuk penentuan lamotrigin di hadapan kenajisannya, 2,3-asam
dichlorobenzoic. Metode pertama adalah metode spektrofotometri menggunakan asam
p-chloranilic membentuk produk berwarna dengan λ maks 519±2 nm.
Semua variabel yang mempengaruhi reaksi memiliki telah diselidiki dan kondisi
yang dioptimalkan. Hukum Beer adalah dipatuhi selama rentang konsentrasi 10 -
200µg/ml dengan akurasi rata-rata 100,13±0,44%. Rasio molar dari ion-asosiasi
yang dibentuk kompleks ditemukan menjadi 1: 1 seperti yang disimpulkan dengan
metode Job. Kondisi stabilitas konstan (Kf), standar energi bebas, molar
absorptivitas ( ), dan indeks sensitivitas dievaluasi. Metode kedua adalah
didasarkan pada pemisahan KLT dikutip dari obat (Rf = 0,75±0,01) dari
kenajisannya (Rf = 0,23±0,01) diikuti dengan pengukuran densitometri dari utuh
obat bintik-bintik pada 275 nm. Pemisahan dilakukan pada pelat silika gel
menggunakan etil asetat: metanol:amonia 35% (17: 2: 1 v/v/v) sebagai fase
gerak. Rentang Linearitas adalah 0,5-10µg / spot dengan akurasi rata-rata
99,99±1,33%. Metode ketiga adalah akurat dan sensitif stabilitas-menunjukkan
HPLC metode yang didasarkan pada pemisahan lamotrigin dari pengotor pada kolom
fase terbalik C18, menggunakan fase gerak asetonitril : metanol : 0.01M kalium
orthophosphate (pH 6,7±0,1) (30: 20: 50 v / v / v) pada suhu ambien 25±5 ° C
dan deteksi UV pada 275nm dalam waktu analisis keseluruhan dari sekitar 6
menit, berdasarkan pada daerah puncak.. Pengulangan injeksi, intraday dan
interday pengulangan dihitung. Prosedur ini memberikan respon linier selama
rentang konsentrasi 1-12µg/ml dengan akurasi, rata-rata 99,50±1,30%. Metode
yang diusulkan telah berhasil diterapkan untuk penentuan dari lamotrigin dalam
bubuk massal, dalam bentuk dosis dan di hadapan pengotornya. Hasil yang
diperoleh dianalisis dengan ANOVA untuk menilai bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara masing-masing tiga metode dan melaporkan satu. Validasi
dilakukan sesuai dengan pedoman USP.
I.2
prinsip dan Tujuan
1.2.1. Tujuan
Percobaan
1.
Melakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi
2.
Menyimpulkan
mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil penetpan kadar
1.2.2
Prinsip percobaan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Saat ini Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi atau biasa juga disebut HPLC merupakan teknik pemisahan
yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam
suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan,
bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. KCKT dikembangkan pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kegunaan umum KCKT adalah untuk :
pemisahan sejumlah senyawa organic, anorganik, maupun senyawa biologis,
analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa-senyawa tidak mudah
menguap (non volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionic, maupun switter
ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya
hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace element)
dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri.
KCKT merupakan metode
tidak desktruktif dan dapat digunakan baik dalam analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Kromatografi merupakan teknik yang mana solute (zat terlarut)
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati
suatu kolom kromatografi. Interaksi KCKT pada dasarnya terdiri atas 8 komponen
pokok, yaitu : wadah fase gerak, system penghantaran fase gerak, alat untuk
memasukkan sampel, kolom, detector, wadah penampung buangan fase gerak, tabung
penghubung, suatu computer atau integrator atau penekan.
(Rohman &
Ganjar, 2009)
KCKT sangat cocok untuk
memisahkan minyak atsiri dan kadang-kadang menunjukkan keuntungan yang berarti
kesetimbangan metode kolom terbuka (kapiler) dan KG yang sekarang dipakai,
pendadahan keudara minimum, hasil urai karena suhu tinggi dicegah, senyawa yang
tidak atsiri dapat dipisahkan, dan laju perolehan kembali cuplikan tinggi. Akan
tetapi, minyak atsiri sering terdiri atas campuran yang sangat rumit menjadi
golongan-golongan senyawa atau memisahkan golongan senyawa menjadi komponennya.
(Hostettmann,
1995)
Pada kromatografi cair
ini digunakan kolom tabung gelas dengan bermacam dimeter. KCKT berbeda dari
kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter kecil, 2-8mm
dengan ukuran partikel penunjang penunjang 50mm, sedangkan laju aliran
dipertinggi dengan tekanan yang tinggi.
(Khopkar,
1990)
Terdapat 2 mode
operasional HPLC yaitu mode isokratik dan metode gradient. Mode isokratik
serupa dengan instrumental dalam KG, hanya dalam HPLC komposisi fase geraknya
yang sama selama pengukuran berlangsung. Sebaliknya, dalam mode gradient
komposisi fase gerak divisualisaikan selama pengukuran berlangsung.
(Hendayana, 2006)
KCKT adalah suatu
metode yang menggabungkan koefisien kolom dan kecepatan analisis. KCKT termasuk
metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fase gerak
cairan dan fase diam cairan ataupun padat. Kelebihan KCKT antara lain dapat
dilaksanakan pada suhu kamar, cepat dan mudah pelaksanaannya, peka dari
detector KCKT dapat divariasi dan unik, pelarut pengembang dapat dipakai
berulang kali demikian juga dengan kolomnya, ideal untuk molekul besar dan ion,
mudah memperoleh cuplikan, daya pisahnya baik, dan dapat dihindari terjadinya
dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis.
(Harbone,
1987)
BAB
III
METODE
KERJA
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1
Alat yang dibutuhkan
·
Labu ukur 50ml
·
Labu ukur 10ml
·
Pipet tetes
·
Alat penggerus
·
Membrane filter PTFE
·
Gelas ukur
III.1.2
Bahan yang dibutuhkan
·
paracetamol serbuk
·
paracetamol tablet
·
fase gerak
III.1.3
Cara kerja sampel
SISTEM
KROMATOGRAFI
Fase diam : ODS, packing L1
fase gerak : air : methanol
= 3:1 ( v/v )
Laju alir : 1.5 mL/menit
Lempeng teoretis
: 1000
Tailing factor : maksimal 2
Detector : UV 243 nm
UJI
KESESUAIAN SISTEM
Untuk menilai apakah sistem kromatografi yang diset
sudah memenuhi syarat atau tidak,makadilakkan uji kesesuaian sistem. Uji
dilakukandengan menginjeksikan berturut-turut sebanyak7 kali larutan standar ke
dalam instrument KCKT. Selanjutnya luas area standar,waktu retensi,
faktorikutandihitungnilai simpangan baku relative (SBR) nya. Uji kesesuaian
sistem dunyatakan memenuhi syarat apabilanilai SBR <2,0 %.
ANALISIS
KUALITATIF
Larutan Standar
Timbang dengan seksama 25 mg baku pembanding paracetamol
ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Kocok
larutan hingga homogeny. Pipet 1,0 ml larutan ke dalam labu takar 10 ml.
encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane
filter PTFE ukuran 0,45μm. Larutan siap untuk diinjeksi ke dalam alat KCKT.
Larutan Uji
Timbang dengan seksama 25 mg bahan baku parasetamol
ke dalam labu ukur 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas.kocok
larutan hingga homogeny. Pipet 1,0 ml larutan ke dalam labu takar 10 ml.
Encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane
filterPTFE ukuran 0,45 μm. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT.
Injeksikan masing-masing larutan standard an larutan
ujike dalamalat KCKT. Rekan kromatogram yang terbentuk. Bandingkan kromatogram
larutan ji dan larutan standar. Waktu retensi puncak larutan uji harus sama
dengan waktu retensi puncak larutan standar.
ANALISIS
KUANTITATIF
Larutan Standar
Timbang dengn seksama 25 mg baku pembanding
parasetamol ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda
batas. Kocok larutan hingga homogeny (larutan stok baku pembanding parasetamol
).buat serangkaian pengenceran larutan standar untuk pembuatan kurva kalibrasi.
Pipet masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8;1,0; 1,2 ml larutan stok baku pembanding
ke dalamlabu takar 10ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas.
Saringlarutan dengan membrane filter PTFE ukuran 0,45μm. Larutan siap untuk
diinjeksikan ke dalam aat KCKT. Hitung konsentrasi masing-masing larutan kurva
kalibrasi.
Larutan Uji
Timbang dengan seksama 25 mg bahan baku parasetamol
ke dalam labu takar 50 ml. encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Kocok
larutan hingga homogeny. Pipet 1,0ml larutan ke dalam labu takar 10 ml.
encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan membrane
filter nilon ukuran 0,45 μm. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat
KCKT.
BAB
IV
DATA
Larutan kualitatif
Larutan standar
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
mark
|
1
|
3,502
|
40180
|
2752
|
v
|
2
|
4,000
|
368249
|
6436
|
v
|
3
|
4,794
|
1143794
|
53330
|
v
|
4
|
5,833
|
1300075
|
22587
|
|
total
|
|
267689
|
84654
|
|
Larutan uji
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
1
|
4,869
|
2764
|
262
|
2
|
6,425
|
22968
|
1514
|
3
|
11,014
|
2978
|
108
|
total
|
|
28700
|
1885
|
Larutan kuantitatif
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
mark
|
1
|
3,292
|
1355
|
108
|
|
2
|
3,577
|
2658
|
154
|
v
|
3
|
5,005
|
13211
|
1194
|
v
|
total
|
|
17225
|
1455
|
|
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
1
|
0,358
|
1991
|
84
|
total
|
|
1991
|
84
|
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
mark
|
1
|
3,359
|
149820
|
8693
|
|
2
|
3,695
|
34401
|
2579
|
v
|
total
|
|
184221
|
11272
|
|
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
1
|
2.104
|
130421
|
6256
|
total
|
|
130421
|
6256
|
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
mark
|
1
|
1596
|
49375
|
2835
|
|
2
|
1,917
|
8355
|
734
|
v
|
total
|
|
57730
|
3568
|
|
peak
|
ret.time
|
area
|
height
|
1
|
3,695
|
44743
|
2098
|
total
|
|
44743
|
2098
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan
untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif kandungan parasetamol
menggunakan peralatan Kkromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)/ High
Performance Liquid Chromatography (HPLC).
HPLC merupakan metode
yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk anlisis kualitatif maupun
kuantitatif.Sampel yang dianalisis pada percobaan ini adalah parasetamol. HPLC
lebih unggul bila dibandingkan dengan kromatografi kolom terbuka. Dalam HPLC
digunakan ukuran partikel fase diam yang lebih kecil dan pompa bertekanan
tinggi (300-3000 Psi) untuk menjamin proses penghantaran fase gerak dapat
berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan.
Pada percobaan ini
Metode yang digunakan adalah metode fae terbalik (reverse phase), dimana fused
silica yang bersifat polar dilapisi dengan Oktadesil Silika (ODS atau C18) yang
bersifat nonpolar. Fase diam ini dapat dibuat dengan mereaksikan silika dengan
alkil klorosilan yang dikenal dengan reaksi silanisasi.
Pada percobaan ini digunakan sistem HPLC fase
terbalik karena:
1. Senyawa yang polar akan lebih baik
pemisahannya pada kromatografi fase terbalik.
2. Senyawa yang mudah terionkan (ionik) yang
tidak dapat terpisahkan pada HPLC fase normal dapat dipisahkan menggunakan
sistem HPLC fase terbalik.
3. Fase diam yang digunakan dalam kromatografi
fase normal mempunyai keterbatasan.
Keterbatasannya adalah
kepolaran komponen yang dianalisis harus lebih rendah dibandingkan kepolaran
fase diam sehingga pemisahan sangat tergantung pada perbedaan polaritas antara
fase diam dan komponen yang dipisahkan. Jika perbedaan tersebut sangat kecil,
maka tidak terjadi pemisahan atau pemisahan kurang efisien. Karena alasan
tersebut, maka digunakanlah fase terikat non polar yang dibuat dengan
mereaksikan klorosilan dengan gugus silanol dari silika.
Fase gerak yang
digunakan pada percobaan ini adalah campuran asam asetat dan metanol dengan
perbandingan 6:4. Campuran ini akan menhasilkan larutan polar. Fase gerak untuk
HPLC harus mempunyai kemurnian tinggi dan bebas dari komponen partikel
padat yang dapat menyumbat kolom, mengisi rongga-rongga, dan mengurangi kontak
analit dengan fase diam.
Pada awal penyuntikan
dilakukan penyuntikan parasetamol murni, kemudian ditunggu selama 10 menit,
setelah alat HPLC berbunyi (merupakan tanda bahwa elusi telah selesai) maka
kromatogram diprint. Langkah selanjutnya dilakukan penyuntikan standar campuran
parasetamol pada berbagai konsentrasi (0,02%; 0,03%; 0,04%; 0,05%; 0,06%;
0,07%; 0,08%; dan 0,10%) yang nantinya digunakan untuk membuat kurva baku
parasetamol. Setelah selesai selanjutnya larutan sampel yang mengandung
parasetamol dimasukkan ke dalam injektor lalu dielusi.
BAB VI
KESIMPULAN
- · Metode KCKT yang digunakan cocok untuk identifikasi uji kualitatif dan kuantitatif pada parasetamol
- Metodde KCKT menunjukkan bahwa metode ini dapat berhasil digunakan secara rutin.
- Metode yang di usulkan adalah sederhana, sensitive, cepat, spesifik, dan dapat diterapkan untuk kualitas dan stabilitas pemantauan parasetamol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar