PENDAHULUAN
Farmasetika dasar merupakan mata
kuliah wajib untuk mahasiswa program studi farmasi UIN Syarif Hidayatullah.
Studi ini penting untuk mendapatkan teori dasar ilmu farmasetika. Ilmu
farmasetika merupakan ilmu meracik sediaan-sediaan padat dan setengah padat
serta sediaan cair yang terdapat dalam buku standar serta resep-resep dari
dokter. Saat ini dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi menyebabkan
makin berkurangnya sediaan farmasi yang diracik dan disiapkan di apotek.
Namun demikian ilmu meracik dan menyiapkan obat tetap harus
diketahui dan dipahami oleh mahasiswa sebagai ilmu dasar pembuatan obat dan
pada saat diperlukan dan sarana terbatas dapat menyiapkan obat.
I.
Deskripsi Mata Kuliah
Farmasetika dasar adalah salah satu
ilmu dasar dalam bidang farmasetika yang berkaitan dengan penyiapan,
peracikan/pembuatan serta penyerahan obat terutama di apotek yang meliputi
aturan-aturan dan cara pembuatan sediaan padat (pulvis, pulveres/puyer, kapsul,
suppositoria, pil), sediaan setengah padat (salep, pasta & krim)
serta sediaan cair (larutan, sirup, eliksir, saturasi, suspensi, emulsi).
II.
Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan menerapkan teori-teori dasar farmasetika dalam pembuatan
sediaan obat bentuk padat (pulvis, pulveres/puyer, kapsul, suppositoria, pil),
sediaan setengah padat (salep, pasta & krim) serta sediaan cair
(larutan, sirup, eliksir, saturasi, suspensi, emulsi).
III.
Strategi Pembelajaran
Mata
kuliah farmasetika dasar berbobot 2 SKS. Dalam proses belajar mengajar, metode
yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab serta diskusi dengan presentasi
yang dilakukan mahasiswa yang relevan dengan materi kuliah. Pelaksanaan
kuliah sebanyak 14 kali tatap muka dan 2 kali evaluasi.
IV.
Evaluasi
Evaluasi
mata ajar dilakukan berdasarkan evaluasi ujian tengah semester dan ujian akhir
semester dan tugas-tugas yang dilakukan oleh mahasiswa.
V. Sarana dan prasarana
Sarana
dan prasarana yang dibutuhkan untuk mata ajar ini adalah ruang kuliah, LCD,
OHP, dan alat tulis /whiiteboard & spidol. Sarana yang mendukung adalah
perpustakaan dan internet.
POKOK BAHASAN I
TOPIK
POKOK BAHASAN I : RESEP
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa
dapat mengetahui aturan-aturan obat dalam resep dan aspek pelayanan resep di
apotek
Tujuan
instruksional khusus :
1. mampu menjelaskan
persyaratan/kelengkapan resep, salinan resep dan etiket obat
2. mampu menjelaskan tentang
penyimpanan & pemusnahan resep di apotek
3. Dapat membaca resep, tanda/singkatan
dalam bahasa latin
4. Mampu menjelaskan aspek pelayanan resep
di apotek
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
I. RESEP
A. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi
& dokter hewan kepada apoteker pengelola apotik utk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita, sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Yang berhak menulis resep :
1.
Dokter yang telah mempunyai ijazah
yang diakui pemerintah dan telah disumpah serta mempunyai izin kerja dari
Departemen kesehatan RI
2.
Dokter gigi khusus untuk pengobatan
gigi
3.
Dokter hewan khusus untuk pengobatan
hewan
B.
Persyaratan resep
Resep harus memuat :
1.
Nama, alamat dan nomor izin praktek
dokter, dokter gigi atau dokter hewan
2.
Tempat dan tanggal penulisan resep
3.
Tanda R/ pada bagian kiri setiap
penulisan resep (superscriptio)
4.
Nama setiap obat atau komposisi obat
(inscriptio) dan cara pembuatan /bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)
5.
Aturan pakai obat (signatura),
ditulis dengan singkatan bahasa latin
6.
Nama penderita dibelakang kata pro,
umur (anak-anak) dan alamat
7.
Jenis hewan dan nama serta alamat
pemiliknya untuk resep dokter hewan
8.
Tanda tangan atau paraf dokter
9.
Tanda seru atau paraf dokter untuk
setiap resep yang megandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal
C.
Salinan resep (apograph)
Salinan
resep yaitu salinan yang dibuat oleh apoteker yang memmuat semua keterangan
yang ada pada resep asli, harus memuat pula :
1.
Nama dan alamat apotik
2.
Nama dan nomor Surat Izin Apotik
3.
Nomor resep dan tanggal pembuatan
4.
Tanda det/detur untuk obat yang
sudah diserahkan dan tanda nedet untuk obat yang belum diserahkan
5.
Tanda tangan apoteker
Salinan
resep dibuat apotik berdasarkan :
1.
Permintaan dokter, jika ada tanda
iter dikertas resep asli
2.
Permintaan penderita, jika pada
resep asli dari dokter tidak mengandung bahan obat narkotik
D.
Etiket
Obat
yg diserahkan atas resep dokter harus dilengkapi dengan etiket, yang terdiri
dari:
1.
Etiket warna putih untuk obat dalam
2.
Etiket warna biru untuk obat luar
Pada
etiket harus tertulis :
1.
Nama dan alamat apotek
2.
Nama APA dan nomor SIA
3.
Nomor dan tanggal pembuatan
4.
Nama penderita
5.
Aturan pakai
6.
Utk obat luar, perlu ditulis “Obat
Luar” pada bagian bawah sebelah kiri
7.
Tanda “ tidak boleh diulang tanpa
resep dokter”, jika resep memgandung narkotik dan obat keras
8.
Tanda “kocok dahulu” untuk obat cair
seperti; suspensi, emulsi
E.
Bahasa Latin dalam Resep
Bahasa yang digunakan pada penulisan resep yaitu
bahasa latin , tidak saja untuk penulisan nama-nama obat tetapi juga untuk
ketentuan ketentuan mengenai pembuatan obat, termasuk petunjuk aturan pakai
obat yang umumnya ditulis berupa singkatan.
Beberapa
alasan penggunaan bahasa latin yaitu :
1.
Bahasa latin merupakan bahasa mati
dan pokok kalimatnya tidak berubah
2.
Bahasa latin merupakan bahasa
internasional yang dapat dimengerti dalam dunia kefarmasian dan kedokteran
diseluruh dunia
3.
Bahasa latin merupakan bahasa eksak
dan mempunyai arti tertentu
4.
Bahasa latin mencegah penderita
membaca resep dengan mudah
F.
Penyimpanan dan pemusnahan resep
1. Resep disimpan di apotek menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan atau pembuatan resep
2. Penyimpanan resep yang mengandung
narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya, tandai garis merah dibawah nama
obatnya
3. Lama penyimpanan resep 3 tahun,
setelah jangka waktu tersebut resep dapat dimusnahkan oleh apoteker dengan
disaksikan sekurang-kurangnya 1 orag petugas apotek
4. Pemusnahan resep harus dibuat berita
acaranya yang menyebutkan hari dan tanggal pemusnahan, tanggal yang terawal dan
terakhir resep serta berat seluruh resep yg dimusnahkan (dalam kilogram)
G.
Resep narkotik
Resep
yang mengandung narkotik hrs :
1.
Ditulis asli dari dokter, tidak
boleh ada ulangan (iter)
2.
Ditulis nama penderita, tidak boleh
ditulis “untuk pemakaian sendiri”
3.
Alamat penderita
4.
Aturan pakai yang jelas, tidak boleh
ditulis “cara pakai sudah diketahui”
Contoh
resep
Dr. Widya Indriyati
SIP no. 128/K/85
Jl. Pahlawan revolusi no.681
Telp. 8603554
Jakarta Timur
Jakarta, 22 september 2005
R/ Theophilin 200 mg
Prednison
5 mg
CTM
2 mg
SL
qs
m.f.pulv.dtd No XV
da in caps
S.t.d.d.caps I
R/ panadol sirup 120
S.t.d.d C1
Paraf/tanda tangan dokter
Pro : Tn.Cecep Budiman (dewasa)
Contoh
Salinan Resep
Apotek
wahana Sehat
Jl.
Borobudur No.31 Serang
Apoteker
: Nurmeilis M.Si, Apt
SIP
N0. 01.01.V.5.25689
Serang, 1 Mei 2006
Resep
untuk : Cecep Budiman
Resep
dari dokter : dr.Widya Indriyati
Tgl
ditulis resep : 30 April 2006
Tgl
dan no pembuatan : 1 Mei 2006/ 92
R/ Theophilin 200 mg
Prednison
5 mg
CTM
2 mg
SL
qs
m.f.pulv.dtd No XV
da in caps
S.t.d.d.caps I
detur
R/ Panadol sirup 120
S.t.d.d.C1
nedet
p.c.c
cap
apotek
yang menyalin :
paraf/tanda tangan APOTEKER
( Nurmeilis, M.Si, Apt )
det=
detur = obat yang sudah diserahkan
nedet
=ne detur = obat belum diserahkan
p.c.c
= pro copie conform = sesuai dengan aslinya
Singkatan
bahasa latin yang sering ditulis dalam resep tentang aturan pakai
·
tentang waktunya
o.h.c = omni hora cochlear = tiap jam 1 sendok makan
o.b.h.c
= omni bihorio cochlear – tiap 2 jam 1 sendok makan
o.3.h.c
= omni trihorio cochlear = tiap 3 jam 1 sendok makan
o.4.h.c
= omnibus quatuor horis cochlear = tiap 4 jam 1 sendok makan
o.5.h.c
= omnibus quinque horis cochlear = tiap 5 jam 1 sendok makan
s.d.d.c
= semel de die cochlear = 1 kali sehari sekian semdok makan
t.d.d.c
= ter de die cochlear = 3 kali sehari sekian sendok makan
q.d.d.c
= quarter de die cochlear = 4 kali sehari sekian sendok makan
6.d.d.c
= sexies de die cochlear = 6 kali sehari sekian sendok makan
p.c
= post coenam = setelah makan
a.c
= ante coenam = sebelum makan
m
= mane = pagi-pagi
merid
= meridie = tengah hari
vesp
= vespere = sore
noct
= nocte = malam
·
tentang pemberian obat
i.m.m
= in manum medici = diserahkan oleh dokter
da
cum formula = berilah dengan formula
dacum
formula dorso signature = berilah dgn formula, ditulis dibelakang etiket
signa
suo nominee = tandailah nama pokok obat
ne
repetatur = ne iteretur = tidak diulang
repetatur
(iteretur) medicamentum ultimum = diulang obat yang terakhir
repetatur
(iteretur) medicamentum ultimo praesriptum = diulang obat yang tertulis dalam
resep terakhir
repetatur
(iteretur) ter = diulang tiga kali
repetatur
(iteretur) quarter = diulang 4 kali
d.i.d
= da in dimidio = berilah separonya
d.i.2plo
= da in duplo = berilah dua kalinya
d.i.3plo = berilah tiga kalinya
H.
PELAYANAN RESEP DI APOTEK
Apotek
adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker
Sediaan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
Pelayanan
resep di apotek meliputi:
1. Skrining resep
Apoteker
melakukan skrining resep meliputi :
a. Kelengkapan resep : nama, SIP dan
alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, dosis dan jumlah obat yang
diminta serta cara pakai yang jelas
b. Kesesuaian farmasetik : bentuk
sediaan, dosis, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
c. Pertimbangan klinis : adanya alergi,
efek samping, interaksi, jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya
2. Penyiapan obat
a. Peracikan : merupakan kegiatan
menyiapkan, menimbang, mencapur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah
b. Etiket : etiket harus jelas dan
dapat dibaca
c. Penyerahan obat : sebelum diserahkan
harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat &
konseling kepada pasien
3. Informasi obat :
apoteker
hrs memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, etis,
bijaksana. Informasi sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara
penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yangg
harus dihindari selama terapi
4. Konseling
apoteker
harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan &
perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
5. Monitoring Penggunaan Obat
Setelah
penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovascular,
diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya
Kesimpulan
1. Resep adalah permintaan tertulis
dari dokter, dokter gigi & dokter hewan kepada apoteker pengelola apotik
utk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita, sesuai perundang-undangan
yang berlaku.
2. Resep disimpan di apotek menurut
urutan tanggal dan nomor urut penerimaan atau pembuatan resep selama jangka
waktu 3 tahun, setelah itu dapat dimusnahkan.
Evaluasi
- Jelaskan tentang pelayanan resep di apotek !
- Jelaskan alasan penggunaan bahasa latin pada resep !
- Jelaskan arti dan singkatan bahasa latin dibawah ini :
m.f
pulv. da in cap d.t.d no X
S.t.d.d
I p.c
POKOK BAHASAN II
Topik : Penggolongan Obat
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa
dapat mengetahui dan menjelaskan peraturan perundang-undangan tentang obat
narkotik, psikotropik , obat keras & obat bebas
Tujuan
instruksional khusus :
1. Mampu menjelaskan peraturan tentang
obat narkotik (meliputi penyaluran/distribusi , penyerahan obat, tanda
khusus/logo)
2. Mampu menjelaskan peraturan tentang
obat psikotropik (meliputi penyaluran/distribusi , penyerahan obat, tanda
khusus/logo)
3. Mampu menjelaskan peraturan tentang
obat keras (meliputi penyaluran/distribusi , penyerahan obat, tanda
khusus/logo)
4. Mampu menjelaskan peraturan tentang
obat bebas terbatas (meliputi penyaluran/distribusi , penyerahan obat,
tanda khusus/logo)
5. Mampu menjelaskan peraturan tentang
obat bebas (meliputi penyaluran/distribusi , penyerahan obat, tanda
khusus/logo)
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
II. PENGGOLONGAN OBAT
Berdasarkan
peraturan perundang-undangan obat digolongkan menjadi :
1. Obat Narkotika
2. Obat Psikotropika
3. Obat Keras
4. Obat Bebas Terbatas
5. Obat Bebas
1.
Obat Narkotika
Diatur
dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1997, yang terdiri dari 15 Bab, 104 pasal
Narkotika
adalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Penggolongan Narkotik
- Narkotika golongan I
Yang
termasuk golongan ini adalah; Opium mentah ( getah yang diperoleh dari buah Papaver
somniverum ), Opium masak ( candu ), Tanaman Koka ( genus Erytroxylon ),
Kokain, Tnaman ganja ( genus Canabis ) Heroin, Desmorpin.
- Narkotika golongan II
Yang
termasuk golongan ini adalah ; Alfasetilmetadol, Alfametadol, Difenoksilat,
Fentanil, Tebain, Benzil morfin, Morfin, Petidin.
- Narkotika golongan III
Yang
termasuk golongan ini adalah; Codein, Dihidrokodein, Sediaan/campuran
Difenoksilat dengan bahan lain.
Pengaturan
Narkotik bertujuan untuk :
1. Menjamin ketersediaan narkotik untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangnan ilmu pengetahuan
2. Mencegh terjadinya penyalahgunaan
narkotik
3. Membrantas peredaran gelap narkotik
Penyerahan
obat narkotik
· Penyerahan narkotik hanya dapat
dilakukan oleh; Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Dokter.
· Penyerahan narkotik oleh dokter
dalam hal
-
Menjalani praktek dokter dan
diberikan lewat suntikan
-
Menolong orang sakit dalam keadaan
darurat
-
Menjalankan tugas di daerah
terpencil yang tidak ada Apotek
· Untuk memperoleh narkotika harus
dengan resep asli dari dokter dan tidak dapat diulang.
|
Tanda khusus obat narkotik adalah lingkaran dengan palang
merah di dalamnya dan garis tepi warna hitam.
JALUR
DISTRIBUSI NARKOTIK
PT
Kimia Farma adalah satu-satunya importer bahan baku dan obat jadi narkotik.
Setelah bahan baku diolah menjadi obat jadi, kemudian disalurkan ke PBF PT
Kimia Farma cabang diseluruh daerah Indonesia.
2.
Obat Psikotropika
Diatur
dalam Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997, sebelumnya hanya diatur oleh Permenkes
No. 124 tahun 1993.
Psikotropika
adalah zat/obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasist
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Penggolongan Psikotropik
- Psikotropik golongan I
Hanya
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, missal Etisiklidin, Lisirgida (LSD),
Brolamfetamin.
- Psikotropik golongan II
Amfetamin,
Metil fenidat, Fenmetrazin.
- Psikotropik golongan III
Amobarbital,
Fentazosin, Pentobarbital.
- Psikotropik golongan IV
Barbital,
Diazepam, Bromazepam, Alobarbital, Kordiazepoksid.
Penyaluran
psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat kepada PBF, Apotek, Rumah
Sakit,Lembaga pendidikan/penelitian, Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
(balai pengobatan, Puskesmas).
Penyerahan psikotropika harus dengan resep dokter.
Tanda
khusus obat psikotropik sama dengan tanda khusus obat keras yaitu lingkaran
berwarna merah dan garis tepi warna hitam dengan huruf K didalamnya yang
menyentuh garis tepi.
3.
Obat Keras
Diatur
dalam SK Menkes RI tahun 1986 No. 02396/A/SK/VIII/86
Yang
termasuk obat keras :
- Semua obat yang pada bungkus luarnya disebutkan “ hanya boleh diserahkan dengan resep dokter “
- Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata digunakan secara parental
- Semua obat baru , kecuali apabila oleh depkes RI telah dinyatakan secara tertulis, bahan obat baru tersebut tidak membahayakan kesehatan manusia.
- Obat baru yang dimaksud yaitu semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan daftar obat keras atau obat yang hingga saat dikeluarkannya Surat Keputusan ini secara resmi belum pernah diimport atau digunakan di Indonesia
Penyerahan obat keras
- Atas resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan
- pengulangan dengan copy resep diperbolehkan bila dokter
membubuhi tanda “iter”
- disamping etiket harus disertai label “tidak boleh diulang
tanpa resep dokter
- penyerahan obat keras dalam jumlah banyak hanya boleh diserahkan kepada; PBF yang diakui, dokter, Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Jalur Distribusi Obat Keras
Dokter tidak diperbolehkan membeli obat-obat keras langsung
ke PBF tetapi harus mengambilnya di apotek berdasarkan resep dokter. Pasien
dengan resep dokter dapat mengambil obat keras di apotek
PBF
penyalur
Bahan
baku obat
|
Pabrik farmasi
PBF Sole distributor
PBF Cabang
Apotik
Apotik RS/Puskesmas
Dokter
Pasien
4.
Obat Bebas Terbatas
Obat
bebas terbatas yaitu obat yang dalam jumlah atau kadar tertentu dapat dijual
tanpa resep dokter dan jenis penyakitnya dianggap telah dpat ditentukan sendiri
oleh masyarakat.
Penyerahannya
harus dengan bungkus asli (dari pabrik) yang disertai tanda peringatan dan
brosur, yang menerangkan cara pemakaian, dosis, kontraindikasi, peringatan
kemungkinan terjadinya efek samping, interaksi obat dan perhatian lain yang
dianggap perlu.
Tanda
peringatan yang tercantum pada bungkus dan brosur obat bebas terbatas yaitu :
kotak warna hitam dengan tulisan berwarna putih, ukuran P= 5 cm, L= 2 cm.
P No.2
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk dikumur,jangan ditelan
|
P No.5
Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
|
P No.3
Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
Tanda khusus obat bebas terbatas
adalah
lingkaran
warna biru dengan garis tepi hitam,
dengan
ukuran diameter dan tebal garis tepi proporsional 1 cm dan 1 mm.
4.
Obat Bebas
Obat
bebas adalah obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
Tanda
khusus obat bebas adalah :
Lingkaran
warna hijau dengan garis tepi hitam
Dengan
ukuran diameter dan tebal garis proporsional 1 cm & 1 mm
Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep
Diatur oleh Permenkes No. 919/ Menkes/Per/X/1993
1. Tidak dikontraindikasikan untuk
penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah 2 tahun dan orang tua di atas 65
tahun.
2. Penggunaannya tidak memerlukan cara
atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
3. Penggunaannya diperlukan untuk
penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
4. Obat tersebut memiliki rasio khasiat
keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pemakaian sendiri
5. Pengobatan sendiri tidak memberikan
resiko pada kelanjutan penyakit.
Kesimpulan
1. penggolongan obat berdasarkan
peraturan perundang-undangan terbagi menjadi 5 golongan yaitu obat narkotik dan
obat psikotropik yg diatur oleh UU RI sedangkan obat keras, obat bebas terbatas
dan obat bebas cukup diatur berdasarkan PerMenKes
2. Penyerahan obat narkotik, psikotropik
dan obat keras harus berdasarkan resep dokter, sedangkan obat bebas terbatas
dan obat bebas penyerahannya tanpa resep dokter
Evaluasi
1. Jelaskan perbedaan antara obat bebas
dengan obat bebas terbatas !
2. Jelaskan tentang penyerahan obat
keras dan jalur distribusinya !
POKOK BAHASAN III
Topik : Bentuk Sediaan Obat dan Rute
Pemberian Obat
Tujuan
Instruksional umum :
Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan tentang bentuk-bentuk sediaan obat
dan rute pemberiannya
Tujuan
Instruksional umum :
· Mengetahui bentuk-bentuk
sediaan farmasi dan contoh-contohnya
· Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan farmasi
· Mengetahui rute/cara-cara pemberian
obat dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing rute pemberian obat
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
III. BENTUK SEDIAAN DAN RUTE
PEMBERIAN OBAT
- BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk
sediaan obat ialah sediaan yag mengandung satu atau beberapa zat berkhasiat ,
umumnya dimasukan dalam suatu vehikulum yang diperlukan untuk formulasi hingga
didapat suatu produk ( dengan dosis, volume serta sediaan yang diinginkan) yang
siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita.
Menurut
bentuk sediaannya, obat terbagi atas 3 yaitu obat bentuk padat, setengah
padat dan cair.
Obat
bentuk padat
1. Pulvis (serbuk tidak terbagi), yaitu
bahan atau campuran yang homogen dari bahan-bahan yang diserbukan dan berada
daalam keadaan relatif kering
2. Pulveres (serbuk bagi/puyer), yaitu
serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas, digunakan untuk
obat dalam
3. Kapsul, yaitu sediaan padat
yang mengandung obat terbungkus dalam cangkang kapsul , keras atau lunak yang
dapat larut
4. Tablet, yaitu bentuk sediaan padat
yang dibuat dengan cara kempa atau dg mencetak dan mengandung zat obat
dengan atau tanpa bahan pengikat, penghancur, penyalut dan bahan pembantu
lainnya
5. Tablet salut, yaitu tablet yang
dilapisi dengan bahan tertentu
6. Suppositoria, yaitu sediaan padat
dalam berbagai bobot & bentuk yg diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
7. Pil, yaitu bentuk sediaan berupa
bola kecil yang mengandung satu atau lebih bahan obat dengan zat tambahan yang
cocok.
Obat
bentuk setengah padat/semi solid
1. Salep, yaitu sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar
2. Pasta, yaitu obat luar yang
digunakan pada kulit, mengandung bahan padat yang lebih besar daripada salep,
konsistensinya lebih kenyal dan lebih kaku dari salep
3. Krim, yaitu sediaan berupa emulsi
kental mengandung tidak kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar
Obat
bentuk cair
1. Larutan/ solution , yaitu sediaan
cair yang mengandung bahan obat (solute) yang terlarut dalam pembawa
air/solven
2. Sirup, yaitu larutan pekat gula yang
ditambah obat atau zat pewangi, kadar sakarosa dalam sirup 64-66 %
3. Eliksir, yaitu larutan hidroalkohol
yang jernih dan manis , digunakan sebagai obat dalam
4. Saturasi, obat minum yang dibuat
dengan mereaksikan suatu asam dengan basa (carbonat atau bicarbonat), dimana
harus dijaga supaya cairan mengandung gas CO2 yang jenuh.
5. Suspensi, merupakan sediaan
cair yang mengandung bahan padat yang terdispersi dalam bahan pembawa
6. Emulsi, merupakan campuran dua
zat cair/lebih yang tidak bercampur satu sama lain, tapi dapat bercampur secara
homogen dengan bantuan suatu emulgator.
Sediaan
cair berdasarkan pemakaiannya terbagi atas :
1. Secara
oral
: sirup, eliksir, potio, mixtura
2. Mulut dan
kerongkongan
: obat kumur (gargarisma) dan pencuci mulut
3. Aliran
darah
: injeksi, infus
4. Dimasukan dlm rongga
tubuh : obat tetes (guttae) telinga, hidung
5. Pada permukaan
tubuh
: lotio, linimen
Faktor
Bahan Obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat
- Sifat fisikokimia bahan obat
a. Bahan obat higroskopis : harus
diberikan dalam bentuk solution/obat minum
b. Bahan obat tidak larut dalam air :
diberikan dalam bentuk padat (tablet, kapsul, pulveres). Misal asetosal,
chloramphenikol, sulfadiazin
- Sifat farmakokinetik bahan obat
Obat
yang mengalami “first pass effect” pada hati kurang efektif bila diberikan
dalam salah satu bentuk sediaan oral karena akan mengurangi bioavailabilitas
obat
- Bentuk sediaan yang paling stabil
Misal
vitamin C, mudah larut dalam air tetapi tidak diberikan dalam bentuk obat
minum/larutan karena tidak stabil, maka dipilih bentuk sediaan tablet yang
lebih stabil
Faktor
penderita yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat
1. Umur penderita
a. Anak balita : sebaiknya obat
diberikan oral dalam bentuk sediaan cairan (sirup, suspensi, emulsi) karena
lebih gampang diminum daripada bentuk sediaan padat. Bentuk sediaan padat yang
masih dapat diberikan ialah bentuk pulveres (puyer)
b. Orang dewasa : obat yang diberikan
per oral lebih sering dalam bentuk sediaan padat (tablet, kapsul) karena lebih
stabil dalam penyimpanan daripada bentuk sediaan cair
c. Lanjut usia (geriatrik) ; penderita
lanjut usia yang kesulitan menelan pilih bentuk sediaan cair seperti pada
anak-anak (sirup, suspensi, emulsi)
2. Lokasi/bagian tubuh dimana
obat harus bekerja
a. Efek lokal ; untuk mendapatkan efek
local bisa dipilih bentuk sediaan salep/krim, pasta. Lotio, liniment
b. Efek sistemik ; untuk mendapatkan
efek sistemik bisa dipilih bentuk sediaan padat atau cair per oral atau rectal
3. Kecepatan dan lama kerja obat
yang dikehendaki
Obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk
sediaan yang diberikan secara per oral atau rectal.. Contoh : kecepatan
penyerapan aminophilin dari berbagai bentuk sediaan : injeksi > solutio >
pulveres > kapsul
4. Keadaan umum penderita
a. Pasien tidak sadar : dipilih bentuk
injeksi atau rektal
b. Pasien hiper-emesis, post opersasi
saluran makan
5. Efek terapeutik obat yang optimal
dan efek samping minimal
Misal vitamin C dalam bentuk obat minum akan terurai, maka
diberikan dalam bentuk tablet
6. Bentuk sediaan obat yang paling
“enak/cocok” bagi penderita
Bahan obat yang sangat pahit walaupun mudah larut dalam air
tidak diberikan dalam bentuk obat minum karena akan terlalu terasa pahit, maka
diberikan salam bentuk kapsul atau tablet. Misalnya chloramfenikol, chinin
sulfas
Pertimbangan
dalam pemilihan bentuk sediaan
1. Untuk melindungi zat obat dari
pengaruh oksigen, udara atau kelembaban
2. Untuk melindungi zat obat terhadap
pengaruh yang merusak dari asam lambung setelah pemberian oral
3. Menutupi rasa pahit, asin atau bau
tidak enak dari bahan obat
4. Menyediakan sediaan cair dari zat
yang tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa
5. Menyediakan sediaan cair dari zat
yang larut dalam pembawa yang diinginkan
6. Melengkapi kerja obat yang optimum
dari tempat pemberian secara topikal
7. Memberikan penempatan obat ke dalam
salah satu lubang dari badan
8. Memberikan penempatan obat secara
langsung ke dalam aliran darah
9. Memberikan kerja obat yang optimum
melalui inhalasi
10. Menyediakan
obat dengan kerja yang luas dengan mengatur pelepasan obat
- RUTE PEMBERIAN OBAT
1. Oral
Adalah
rute pemberian obat melalui mulut, untuk mendapatkan efek sistemik
Keuntungan
: cara yang paling umum, praktis, mudah dan aman
Kerugian
: kerja obat lama, absorpsi sering tidak teratur, kerusakan
beberapa obat oleh reaksi di lambung
Bentuk
sediaan : tablet, kapsul, larutan
2. Sublingual
Adalah
rute Pemberian obat dikunyah halus dan ditaruh dibawah lidah
Keuntungan
: obat langsung masuk ke peredaran darah tanpa melalui hati
Kerugian
: kurang praktis dan dapat merangsang selaput lendir mulut
Bentuk
sediaan : tablet, tablet hisap
3. Parenteral
Adalah
rute Pemberian obat yang diberikan melalui suntikan, tidak melalui sistem
pencernaan.
Beberapa
cara pemberian secara parenteral/injeksi
a.
Iv (intravena) : masuk melalui
pembuluh darah balik/vena
b.
Im (intramuscular) : menembus otot
daging
c.
Sc (subcutan) : melalui bawah kulit,
memberi efek sistemik
d.
Intrakutan : menembus kulit, memberi
efek sistemik
e.
Intrakardial : menembus jantung
Keuntungan
:
· Efek yang timbul sangat cepat, kuat
· Berguna pada pasien yang tidak sadar
· Dapat diberikan untuk pasien yang
tidak bisa menerima obat secara oral
· Dapat dihindari obat-obat yang rusak
dalam saluran cerna
· Dengan pemberian injeksi intravena
dapat diperoleh kadar obat dalam darah yang optimum dalam waktu cepat &
akurat
Kerugian :
· Sukar digunakan untuk pasien
sendiri/tidak praktis
· Terasa nyeri, ada bahaya infeksi
· Obat sukar ditarik kembali, jika
terdapat kesalahan dosis
· Lebih mahal
Bentuk
sediaan parenteral/injeksi dapat berupa larutan, suspensi atau emulsi yang
steril dalam air, minyak atau pelarut lain.
4. Rektal
Adalah
rute pemberian obat melalui rektum/dubur, untuk mendapatkan efek lokal
dan juga sistemik
Keuntungan :
· dapat diberikan pada pasien tidak
sadar / tidak mampu menelan obat, atau cara oral terhalang oleh muntah.
· Absorpsinya tidak melewati hati,
dapat digunakan untuk obat-obat yang cepat dirusak di hati
Kerugiannya :
· Cara pakainya tdk menyenangkan
· Absorpsi obatnya tidak teratur dan
sukar diramalkan
Bentuk sediaan obat yang digunakan : larutan, suppositoria,
salep
5. Topikal/kulit
Adalah
rute pemberian yang digunakan pd kulit untuk efek lokal
Bentuk
sediaan yang digunakan adalah salep, krim, pasta, lotion
Memilih
rute penggunaan obat
Memilih
rute penggunaan obat tergantung dari:
1.
Tujuan terapi menghendaki efek lokal
atau sistemik
2.
Apakah kerja awal obat yang
dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
3.
Stabilitas obat dalam lambung dan
usus
4.
Rute yang tepat dan menyenangkan
bagi pasien
5.
Kemampuan pasien menelan obat
Kesimpulan
Cara pemberian
|
Bentuk sediaan
|
|
1
|
Oral
|
Serbuk/pulveres
Tablet
Kapsul
Larutan
Sirop
Eliksir
Suspensi
Emulsi
|
2
|
sublingual
|
Tablet
Tablet hisap
|
3
|
parenteral
|
Larutan
Suspensi
|
4
|
Rectal/vaginal/uretral
|
Larutan-larutan
Salep
Supositoria
Busa-busa emulsi
|
5
|
Transdermal/topikal
|
Salep
Krim
Pasta
Plester
Lotio
Erosol
|
6
|
Intraocular
|
Larutan
Suspensi
|
7
|
Intranasal
|
Larutan
Inhalan
Salep
Semprot
|
Evaluasi
- Jelaskan pertimbangan dalam menentukan pemilihan bentuk sediaan obat !
- Jelaskan keuntungan dan kerugian pemberian obat secara oral dan parenteral !
POKOK BAHASAN IV
TOPIK : DOSIS OBAT
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa mengetahui istilah-istilah dosis obat dan
mapu menghitiug dosis
Tujuan
instruksional khusus :
·
Mampu menjelaskan pengertian dosis
obat (dosis terapi, dosis maksimum, dosis toksik) serta rumus perhitungan
dosis anak
·
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi dosis obat
·
Mampu menghitung dosis (terutama
dosis maksimum) pada resep obat puyer dan larutan untuk anak-anak
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
DOSIS OBAT
Definisi
Dosis obat
Dosis obat yaitu jumlah obat yg diberikan kepada penderita
dalam satuan berat (gram, miligram, mikrogram) atau satuan isi
(mililiter, liter) atau unit-unit lainnya (unit internasianal). Kecuali
dinyatakan lain, dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik
pada penderita dewasa (isebut juga dosis lazim atau dosis terapeutik).
Bila
dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapetik dinyatakan sebagai dosis
toksik, dosis toksik yang dapat menimbulkan kematian disebut dosis letal.
Dosis
maksimum yaitu dosis tertinggi yang relatif masih aman diberikan kepada
penderita.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dosis
1. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65
tahun).
Anak-anak
Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam
kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan
dosis obat yang diberikan. Factor-faktor yang harus diperhatikan : total body
water, protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol
dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayi enzim
tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey
sindrom
Usia lanjut
Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai
berkurang seperti proses metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus
berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat
berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, pendengaran
telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari
dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
2. Berat badan
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang
lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil
dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan
tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan
normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat..
3. Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan
pria. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan
terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic,
barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin
atau kerusakan kongenital
4. Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal &
hati yang rusak/ terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak
sempurna. Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak
akan menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka
harus dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat
diperpanjang
5. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus
diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi
pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik
narkotik
6. Bentuk sediaan dan cara pemakaian
Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan
yang digunakan dan cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan
dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses
desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya
lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan
mempengaruhi proses farmakokinetik.
7. Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi
dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya
dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada
beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk
obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai
segera sesudah makan.
8. Pemakaian bersama obat lain
(interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi
interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan
atau efek yang menganggu. Missal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam
kalsium, magnesium & aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau
produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara
mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam
tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna
Rumus perhitungan dosis anak
1. Menurut perbandingan umur orang dws
a. Rumus Young : untuk anak
kurang dari 8 tahun
Da = n
x Dd
n + 12
b. Rumus Dilling : utk anak
lebih dari 8 tahun
Da = n
x Dd
20
c. Rumus fried : untuk bayi
(0-12 bln)
Da = m
x Dd
150
2. Menurut perbandingan berat badan
orang dewasa (70 kg) :
Rumus
Clark
Da = W anak
x Dd
atau Da = W x
Dd
W
dewasa
70
3. Menurut perbandingan luas permukaan
tubuh orang dewasa (1,73 m2)
Rumus Crawford-Terry-Rourke :
Da = LPT anak
x Dd
LPT
dewasa
Menghitung
dosis individual anak
- Sesuai dengan berat badan anak dalam kg
- Sesuai dengan LPT anak dalam m2 (LPT anak dapat diperhitungkan dari tinggi dan berat badan anak menurut rumus Du Bois atau dapat dilihat dari nomogram DuBois
Contoh
resep dan perhitungan dosis anak
R/
Codein HCl 5
mg
Ephedrin HCl 10 mg
Prednison
2 mg
Sach
lactis
qs
m.f pulv.dtd.No X
S.t.d.d pulvI pc
Pro
: Reza (12 thn)
Diketahui
DM dewasa utk Codein HCl
: 0,06 g (1 x pakai) dan 0,3 g (1hari)
DM dewasa utk Ephedrin HCl : 0,05 g (1 x
pakai) dan 0,15 g (1hari)
Rumus
perhitungan dosis anak > 10
th : n
/20 x DM
maka
DM anak 12 th utk codein HCl , 1x pakai :12/20 x 0,06 = 0,036
g
1 hari : 12/20 x
0,3 = 0,18g
ephedrine HCl, 1x pakai : 12/20 x 0,05 = 0,03 g
1 hari : 12/20 x 0,15 =
0,09 g
pada
resep, dosis Codein HCl 1x pakai = 5 mg = 0,005 g
1 hari = 3x5mg = 15 mg = 0,015 g
maka
persentase DM 1x pakai : 0,005/ 0,036 x 100 % = 13,88 %
1
hari : 0,015 /0,18 x 100 % = 8,33 %
berarti
dosis codein tdk melewati DM (< 100 %)
dari
resep, dosis ephedrin HCl 1x pakai = 10 mg = 0,01 g
1 hari = 3x10mg = 30 mg = 0,03 g
maka
persentase DM 1x pakai : 0,01/ 0,03 x 100 % = 33,33 %
1
hari : 0,03 /0,09 x 100 % = 33,33 %
berarti
dosis ephedrin tdk melewati DM (< 100 %)
Contoh
perhitungan dosis maksimum untuk obat minum
R/
Paracetamol 0,125 g/dosis
Coffein 0,2
m.f elixir 60
S.3.d.d CthI
Pro : Anto (10 thn)
Cara
I: Jumlah sendok = 60 ml / 5 ml = 12 sendok teh
Dosis per sendok coffein = 200 mg / 12 sendok = 16,67 mg / sendok
DM Coffein dws = 0,5 g (1xpakai) dan 1,5 g (1 hari)
DM Cofeein utk anak 10 thn :
1xp : 10/20 x 0,5 g = 0,25 g = 250 mg
1 h : 10/20 x 1,5 g = 0,75 g = 750 mg
maka persentase DM :1xp = 16,67 mg / 250 mg x 100 % = 6,67 %
1 h = 3 x 16,67 mg / 750 mg x 100 % = 6,67 %
Cara
II : Dosis 1x p coffein : 5 ml / 60 ml x 0,2 g = 0,017 g
Dosis 1 hari coffein: 3 x 5 ml / 60 ml x 0,2 g = 0,05
g
DM Cofeein utk anak 10 thn :
1xp : 10/20
x 0,5 g = 0,25 g
1 h : 10/20 x 1,5 g = 0,75 g
maka persentase DM :1xp = 0,017 g /
0,25 g x 100 % = 6,67 %
1 h =
0,05 g / 0,75 g x 100 % = 6,67 %
Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dosis yaitu umur, berat badan, jenis kelamin, status patologi, cara pemakaian,
bentuk sediaan dan interaksi obat.
2. Dosis untuk anak-anak harus
diperhitungkan sesuai dengan berat badan atau luas permukaan tubuh
Evaluasi
Hitunglah
dosis maksimum pada resep-resep dibawah ini :
1.
R/ Paracetamol 0,2
Coffein 0,05
CTM
0,002
m.f. pulv d.t.d no.X
S.t.d.d.pulvI
Pro : Dian ( 8 tahun)
2.
R/ Atropin
sulfas
0,5 mg
Extrac Belladonae 15 mg
Lactosa
qs
m.f pulv. da in cap d.t.d no.X
S.t.d.d CapI
Pro : Tn. Anton
3.
R/ Diphenhydramin HCl 1,5
mg/ 5 ml
Ammonium
chloride 0,25
Natrii
citras
0,1
Sir.
Simpl
10 %
m.f
elixir 100
S.3.d.d
CI
Pro
: Tiara (6 thn)
POKOK BAHASAN V
Topik : PULVIS DAN PULVERES
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan aturan pembuatan pulvis (serbuk
tabur) & pulveres (serbuk bagi)
Tujuan
instruksional khusus :
·
Mampu menjelaskan aturan pembuatan
pulvis (serbuk tabur) & pulveres (serbuk bagi) secara umum dan pengerjaan
khusus zat-zat tertentu
·
Mampu mengerjakan resep-resep pulvis
dan pulveres
·
Mampu mengerjakan perhitungan dosis,
penimbangan, pencampuran dan pengemasan pulvis dan pulveres
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 200 menit
V. PULVIS DAN PULVERES
A. PULVIS ( =SERBUK)
Definisi
Pulvis
Serbuk (pulvis) adalah campuran homogen dua atau lebih obat
yang diserbukkan, dan berada dalam keadaan relative kering. Menurut Farmakope
Indonesia edisi III, pengertian umum pulvis (serbuk) adalah campuran homogen
dua atau lebih obat yang diserbukan kecuali dinyatakan lain yang dimaksud
serbuk adalah untuk pemakaian dalam.
Derajat
halus serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua
nomor pengayak. Jika
dinyatakan
dengan satu nomor berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika dinyatakan dengan 2 nomor berarti semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40 % melalui pengayak
dengan nomor tertinggi. Misal serbuk 22/60 berarti serbuk dapat melewati
pengayak no 22 seluruhnya dan tidak lebih dari 40 % melewati pengayak nomor 60.
Nomor pengayak menunjukan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang
kawat.
Macam-macam
pulvis
a.
Pulvis adspersorius ( serbuk tabur )
Yaitu
serbuk ringan bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan
derajat halus 100 mesh.
Talk,
Kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus
memenuhi syarat bebas dari bakteri Clostridium tetani dan Clostridium Welchii
dan Bacillus anthracis. Cara sterilisasinya ialah dengan cara pemanasan kering
pada suhu 1500 selama 1 jam. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka
terbuka.
Cara pembuatan serbuk tabur yang mengandung :
- Adeps Lanae, Vaselinum, Plumbi Oxydi Emplastrum ialah dengan melarutkan zat tersebut dalam Aether atau aceton, lalu ditambahkan sebagian talk diaduk sampai Aether atau Aceton menguap, setelah itu ditambah bahan lainnya.
- Paraffin liquidum dan Oleum Ricini dicampur dulu dengan sama banyaknya talk lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas film dan diaduk
- Ichtyol diencerkan dulu dengan Aether cum Spiritu lalu dikeringkan dengan talk, yaitu sambil diauk dibiarkan Aether cum Spritunya menguap lalu ditambahkan sisal talk dan serbuk lainnya, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau dengan kertas film.
- Minyak-minyak eteris dan Formaldehyde Solutio dicampur teakhir dengan cara memasukkan zat tersebut dalam mortir lalu ditambahkan campuran serbuk yang telah diayaki sedikit demi sedikit.
Aturan pembutan serbuk tabur
· Serbuk tabur tanpa mengandung zat
lemak diayak dengan pengayak no. 100.
· Serbuk tabur mengandung zat berlemak
diayak dengan pengayak no. 44
· Seluruh serbuk harus terayak
semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai semuanya terayak.
b. Pulvis dentrificus
Yaitu
serbuk gigi, biasanya menggunakan carmine sebagai pewarna yang dilarutkan
terlebih dulu dalam etanol 90 %/ chloroform
c.
Pulvis effervescent
Merupakan
serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin
ataupun air hangat, membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk ini
merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartat) dengan
senyawa basa (natrium karbonat). Interaksi asam basa ini dalam air akan
menimbulkan reaksi yang menghasilkan gas karbondioksida (CO2)
Contoh
resep pulvis
R/
Campora
0.2
Acid
salisil
1
Bolus
alba
7
ZnO
1
Ol.Rosarum gtt 2
m.d.s. pulv. Adsper
R/
Acidum
Boricum
1
Bals.
Peru
1
Adeps
lanae
2
MgO
2
ZnO
2
Talkum
ad
15
- PULVERES (= SERBUK BAGI)
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
yang lain yang cocok. Bagi serbuk yang mengndung zat yang higroskopis serbuk
dibungkus dalam kertas berlilin dan diserahkan dalam pot dengan tutup sekrup.
Pada serbuk yang mengandung minyak esteris tidak digunakan kertas paraffin,
sebab minyak esterisnya akan diserap, tetapi dengan kertas perkamen kemudian
dilapis lagi dengan kertas logam (kertas perak).
Bila
dokter menulis serbuk bagi, dapat ditulis dengan cara, yaitu:
1.
Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk lalu dibagi menjadi beberapa bungkus:
R/ Acidi Acetylosalicylici 10
m.f.pulv.divide in partes aequalis no.XX
Ket: ditimbang 10 g asetosal, digerus, lalu dibagi menjadi 20
serbuk
2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus
serbuknya dan untuk beberapa bungkus:
R/ Acidi Acetylosalicylici. 0,5
m.f.pulv, dtd.no.20
Ket: ditimbang 20x0,5 g asetosal, digerus, lalu dibagi 20
Supaya
dapat terbagi tepat campuran serbuk ditambahkan zat tambahan yang berkhasiat
netral atau indiferen, misalnya Saccharum Lactis, Saccharum album, sampai berat
serbuk tiap bungkusnya 500 mg.
Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin
pembagian yang sama maka pembagian dilakukan paling banyak hanya 20 bungkus .
Penyimpangan berat masing-masing serbuk terhadap yang lain adalah paling besar
10%.
Keseragaman
bobot dilakukan
sebagai berikut:
Timbang
isi dari 20 bungkus satu persatu, Campur isi kedua puluh bungkus tadi timbang
sekaligus dan Hitung bobot rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan, satu
persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% dari tiap 2 bungkus
dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18 bungkus yang lain.
CARA PEMBUATAN SERBUK SECARA UMUM
· Serbuk diracik dengan cara mencampur
satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya
sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur
lagi.
· Pada pembuatan serbuk kasar,
terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu
setelah dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 C.
· Serbuk obat yang mengandung bagian
yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan lain
yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus
sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada
pengayak
Hal
–hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan serbuk :
1. Jangan mencampur obat berkhasiat
keras dalam mortir dalam keadaan tidak diencerkan agar mencegah sebagian
obat tertinggal dalam pori-pori dinding.
Caranya :Pilih mortir yang halus, masukkan dulu kira-kira sama bagian serbuk
yang lain, digerus sendirian, baru dimasukkan dan digerus bersama obat yang
berkhasiat keras. Kemudian masukkan serbuk lain sedikit demi sedikit sambil
diaduk dan digerus.Sebaiknya gunakan bagian serbuk lain yang berwarna beda dan
kontras dengan warna obat berkhasiat keras tersebut. Bila semua serbuk berwarna
putih, berilah zat warna (biasanya Carmin).
2. Bila bagian serbuk mempunyai BJ yang
berlainan, masukkan dulu serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian
serbuk yang BJ-nya lebih rendah dan diaduk.
Contoh Resep:
R/ Magnesii
Oxydi
5
Bismuth.Subcarbonas
5
Saccharum
Lactis
5
m.f.pulv.
S.t.d.d.cp.
Masukkan Bismuth Subcarbonas dulu dalam
martir, digerus sambil diaduk, ditambah Magnesii Oxydi sedikit demi
sedikit lalu Saccharum Lactis. Magnesii Oxydi adalah serbuk yang
sangat ringan.
3. Jangan mengerus bahan-bahan serbuk
dalam jumlah banyak sekaligus agar serbuk benar-benar halus.
a. Dengan mengerus, akan banyak terjadi
kristal kasar menjadi halus.
b. Bila mengerus serbuk secara banyak,
akan terjadi serbuk halus yang banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang
terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik.
c. Maka lebih baik bagian-bagian serbuk
digerus masing-masing dalam mortir sampai halus baru di campur
4. Dalam membuat serbuk sebaiknya
bahan-bahan baku serbuk kering dan menggunakan mortir panas. Hal ini khusus
untuk mengerus Kalii Bromidum, Natrii Chloridum dan sebagainya.
Cara memanaskan mortir sbb:
•
Tuangi mortir dan stamper dengan air
panas
•
Biarkan beberapa menit sampai
dinding luar mortir terasa panas
•
air panas dituang keluar
•
Keringkan dengan serbet bersih
Jangan
menggunakan mortir panas untuk bahan yang mudah menguap atau rusak pada saat
pemanasan seperti Ammonii Carbonas, Salol, Natrii Bicarbonas, Ammonii Chloridum
dan Peroksida (magnesii Peroxydi)
Contoh resep:
R/ Kalii
Bromid.
0,250
Ephedrini
HCL
0,050
Luminal
0,030
m.f pulv dtd No X
s.t dd pulv 1
5. Cara Mencampur Champora
Larutkan
camphora dengan Spiritus fortior dalam mortir sampai cukup larut, jangan
berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain (Saccharum Lactis) sampai
Spiritus fortiornya menguap.
Yang
harus diperhatikan antara lain :
• Air panas dituPada waktu mengaduk
jangan ditekan untuk menghindari Camphora menggumpal kembali.
• Pada pembautan serbuk Camphora untuk
pemakaian luar dapat digunakan eter sebagai pengganti Spiritus fortior.
• Cara ini juga dapat dilakukan untuk
pembuatan Naphtholum
Contoh
Resep:
R/
Camphora
3
Acetosal
5
Phenacetin
1
Coffeini
0,5
m.f.pulv.No.X
S.t.d.d.p.l
6. Cara Mencampur Stibii Pentasulfidum
· Masukkan serbuk lain dalam mortir,
mis: Saccharum Lactis
· Masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum
dan tambahkan Saccharum Lactis sisanya / serbuk lain
· Diaduk dan digerus tanpa ditekan
· Dikerjakan demikian untuk
menghindari serbuk Stibii Pentasulfidum melekat dan memberi warna merah pada dinding
atau dasar mortir.
· Pencampuran ini dalam waktu cukup
hingga di dapat serbuk homogen
Contoh
Resep:
R/
Codeini Hydrochloridi
Stibii Pentasulfidi
Extract.Hyoscyami
Sacch.Lactis
m.f.d.t.d.No.XII
S.t.d.d.p.l
7. Serbuk Dengan Ekstrak Kental
Encerkan dalam mortir panas dengan cairan penyari, mis.
Spiritus dilutus atau spiritus lainnya secukupnya dan diserbukkan dengan
pertolongan zat tambahan yang cocok, misalkan Saccharum Lactis atau Amylum
Oryzae.
Contoh
Resep:
R/
Extrac.Belladon.spiss
0,020
Luminal
0,020
Papaverin.HCL
0,030
m.f.pulv.d.t.d.No.XII
S,3.d.d.p.l
Macam
cairan untuk mengencerkan ekstrak kental:
Etanol
encer (70%): Extractum Belladonnae (F.I), ExtractumHyoscyami (F.I), Extractum
Valerianae, Etanol 90%: Extractum Cannabis Indicae.
Cara memanaskan mortir
- Mortir dan stamper yang digunakan dituangi dengan air panas sampai dinding mortir luar terasa panas
- Air dibuang dikeringkan dengan serbet
- Campuran ekstrak dan serbuk yang masih basah dimasukkan, diaduk dan yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan stapel sampai serbuk kering dan homogen
- Bila mortir sudah dingin baru ditambahkan serbuk-serbuk yang lain agar serbuk yang tidak tahan panas tidak rusak.
- Biasanya digunakan Saccharum album, Kalii Sulfas, Calcii Carbonas, Amylum, dll. Banyaknya Saccharum Lactis yang digunakan 5-10X Extractum spissum
8. Serbuk Dengan Tinctura atau
Extractum Liquidum
a. Tinctura atau Extractum liquidum
diuapkan dengan pelarutnya di atas tangas air hingga hampir kering
b. Lalu diserbukkan dengan pertolongan
bahan tambahan yang cocok
c. Biasanya digunakan Saccharum Lactis
untuk obat dalam
d. Supaya serbuk yang dipakai
pengeringan tidak menjadi keras, maka masa selalu dilepas dengan stapel dari
dinding mortir.
e. Bila kandungan zat berkhasiat tidak
mudah menguap atau rusak dan jumlahnya kecil, maka digunakan mortir panas dan
dikeringkan dengan penambahan Saccharum Lactis.
f. Bila jumlah ekstrak cair atau
tingtur banyak, maka diuapkan dulu di atas tangas air, diaduk
g. Bila cairan tinggal sedikit
ditambahkan Saccharum Lactis dan masa selalu dilepas dengan spatel agar serbuk
pengering tidak melekat pada dinding mortir.
Tinctura
yang sering dibuat dengan cara tersebut adalah Ratanhiae Tinctura, Opii
Tinctura,Gentianae Tinctura, Strophanti Tinctura.
Isi
Tinctur diketahui secara kualitatif dan kuantitatif, tingtur tidak dapat
diganti dengan isi zat berkhasiatnya saja
Contoh
resep:
R/ Digitalis
Tinctur 1,5
Diuretini
3
Coffeini
0,45
m.f.pulv.No.XV
S.m.et vesp.p
9. Gula Berminyak
Gula
berminyak = Eleosacchara adalah campuran 2 gram Saccharum Lactis dengan 1 tetes
minyak eteris, mis. Oleum Anisi, Oleum Foeniculi, Oleum Menthae Piperitae. Gula
berminyak tidak boleh disimpan sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas
perkamen, jangan dgn kertas parafis, sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula
berminyak harus dibuat dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan, bila
dalam hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan bilangan tetes penuh, sisa gul
a berminyak disisihkan (disimpan).
10. Campuran
serbuk yang menjadi Basah atau Mencair
Arti basah di sini ialah menyerap air atau keluar air
kristalnya, menyerap disini disebabkan oleh karena campuran serbuk itu lebih
higroskopis dari masing-masing serbuk / kristal. Selain tersebut campuran
serbuk dapat menyebabkan turunnya titik lebur campuran serbuk tersebut
dibanding titik lebur masing-masing serbuk.
Kelarutanya
air kristal dapat membentuk:
a. Senyawa garam rangkap yang
mengandung air kristal lebih sedikit dibanding dengan jumlah air kristal
masing-masing zat.
b. Terjadinya senyawa baru dengan air
kristal yang lebih sedikit
c. Penurunan tekanan uap relative
Evaluasi
Kerjakan
resep-resep dibawah ini :
1.
R/ Paracetamol
0,2
Coffein 0,05
CTM
0,002
Lactosa q.s
m.f. pulv. d.t.d no X
S.t.d.d pulv I p.c
Pro : Tina ( 6
thn)
2.
R/ Opii
tinct
10
Extrac
belladonna 0,1
Papaverin HCl
0,3
Calcium carbonat
4
m.f. pulv No.XV
S.t.d.d p I
3.
R/ Acid
salicil
2
ZnO
5
Talkum
20
m.d.s.pulv.adsper.
S.U.E
POKOK BAHASAN VI
TOPIK
: KAPSUL
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan aturan pembuatan kapsul
Tujuan
instruksional khusus :
- Mengetahui jenis-jenis kapsul
- Menjelaskan aturan / cara pembuatan kapsul, zat-zat yang merusak cangkang kapsul
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
KAPSUL
Kapsul
adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak,
cangkang umumnya terbuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan
Keuntungan
memberikan obat dalam kapsul:
Ø Kapsul
dapat menutupi rasa obat yang tidak enak, pahit atau amis
Ø Kapsul
lebih lemas dari tablet sehingga bagi banyak penderita kapsul lebih mudah
ditelan
Ø Kapsul
dapat pula dilapisi dengan bahan tertentu sehingga tidak pecah atau larut dalam
lambung dan baru membebaskan bahan obatnya kalau sampai di usus halus
Ø Dapat
melindungi bahan obat yang rusak karena pengaruh cahaya/udara
Ada
2 macam kapsul :
1. Kapsul keras ( capsul gelatinosae
operculate)
· Kapsul keras terdiri dari wadah dan
tutup, umumnya berisikan bahan obat yang kering.
· Cangkang kapsul dibuat dari campuran
gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening, tidak berwarna
dan tidak berasa
· Kapsul dapat diberi warna
macam-macam agar menarik dan dapat dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat
yang lain.
· Ukuran kapsul keras menurut besarnya
dapat diberi nomor urut dari besar ke yang kecil sebagai berikut : No. 000; 00;
0; 1; 2; 3.
2. Kapsul lunak (soft capsul) :
· Merupakan kapsul yang tertutup dan
berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus
· Umumnya berisikan bahan obat berupa
minyak atau larutan obat dalam minyak, misal minyak levertran, vitamin A,D,E,K
· Cangkang kapsul lunak dibuat dari
gelatin ditambah gliserin atau alcohol polihidris seperti sorbitol untuk
melunakan gelatinnya.
· Kapsul lunak juga dapat diberi warna
macam-macam
Persyaratan kapsul :
- keseragaman bobot (bervariasi antara
7,5 -20 %)
- keseragaman isi zat berkhasiat
- waktu hancur, tidak boleh lebih dari
15 menit
- disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya diberi zat pengering
Bahan
obat yang merusak cangkang kapsul
- cairan berair, missal larutan
gliserin, icthiol, dimasukan kedalam kapsul setelah dibuat masa pil
- cairan yang mengandung alcohol
- senyawa fenol atau sediaan yang
tinggi kadar fenolnya seperti kreosot, dimasukan kedalam kapsul setelah
dicampur/diencerkan dengan minyak lemak/minyak menguap
- minyak lemak, minyak menguap dan
bahan bahan yang mudah menguap tidak merusak kapsul gelatin
Evaluasi
- Jelaskan perbedaan kapsul lunak dan kapsul keras !
- Sebutkan senyawa-senyawa yang dapat merusak cangkang kapsul !
POKOK BAHASAN VII
TOPIK : SALEP / UNGUENTUM
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa
mampu menjelaskan aturan / cara pembuatan salep
Tujuan
instruksional khusus :
- Mengetahui jenis-jenis dasar salep dan contoh-contohnya
- Menjelaskan aturan pembuatan salep secara umum dan cara pembuatan salep yang mengandung zat-zat khusus
- Mampu mengerjakan resep-resep salep/pasta
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
SALEP / UNGUENTUM
Definisi
salep
Salep
adalah Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya harus larut/ terdispersi homogen dalam dasar salep
(vehikulum) yang cocok
Prinsip
Obat bentuk sediaan setengah padat : beberapa campuran dalam berbagai
perbandingan lemak/minyak dengan dasar salep dan bahan padat dengan atau
tanpa tambahan air
Bahan
Dasar Salep
Berdasarkan
komposisi dasar salep dapat dibagi:
1. Dasar salep hidrokarbon
Vaselin putih , vaselin kuning, paraffin encer,
paraffin padat dan minyak tumbuh- tumbuhan
2. Dasar salep serap
Adeps lanae, lanolin, unguentum simplex (malam kuning : oleum sesami = 30:70)
3. Dasar salep dapat larut dalam air
PEG (polyethyleneglycol) atau campuran PEG, Tragacant , PGA
4. Dasar salep dapat dicuci dengan air
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti, vanishing cream
Emulsifying oinment B.P
R/ emulsifying
wax 300
vaselin
album
500
parafin
liquid
200
emulsifying wax :
R/ cetostearyl alcohol 9
Na. lauril sulfat 10
Aquadest
4
ml
Aturan
Pembuatan Salep
Aturan
umum :
1. Zat yang dapat larut dalam dasar
salep, dilarutkan, bila perlu dengan pemanasan rendah
2. Zat yang tidak cukup larut dalam
dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak ( ayakan no 100)
3. Zat yang mudah larut dalam air dan
stabil, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia kemudian tambah dasar salep
lain
4. Bila dasar salep dibuat dengan
peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin
Cara
Pembuatan Salep
1. Zat/ Bahan padat larut dalam dasar
salep
a. Camphora, mentol, naftol, fenol,
guaicol, thymol.
Dilarutkan
dalam dasar salep yang sudah dicairkan dlm botol kaca.
Bila
ada minyak lemak (oleum sesami) maka camphora dilarutkan dalam minyak tersebut.
Bila
terdapat bersama mentol, salol, thymol yang dapat menurunkan titik leburnya,
maka camphora dicampur dan digerus dengan zat-zat tersebut sampai
mencair, kemudian ditambahkan bahan dasar salep sedikit-sedikit.
Camphora ditambah spiritus fort, kemudian digerus dengan
bahan dasar
b. Pellidol
Dilarutkan
bersama-sama bahan dasar yang dicairkan/dilebur (larut 3 % dalam vaselin dan 7%
dalam minyak
lemak)
Bila jumlahnya besar, dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan
c. Iodium
Ditambah spir. Fortior (etanol 95 %) , digerus dengan bahan dasar salep.
Ditambah
KI + air, seperti pembuatan Ung.Iodii (jumlah air yang ditambahkan dikurangkan
pada bagian dasar salep)
2. Bahan padat larut dalam air
a. Argentum colloidal (colargol)
Digerus lama dengan air sama banyak sampai larut
b. Argentum proteinicum (protargol)
Ditaburkan
di atas air sama banyak, biarkan 30 menit, kemudian gerus dengan dasar salep.
Bila ada glycerin, protargol dapat digerus langsung
c. Tannin
Bila
air yg tersedia tidak cukup , hanya diserbuk dan digerus dengan dasar salep
d. Ekstrak kental
Digerus
dulu dengan sedikit air, seperti Belladonae extractum, Hhyoscyami
extractum.
Bila dalam resep ada glycerin, dapat dipakai untuk menggerus
ekstrak
e. Ratanhiae extractum
Ditabur
dulu dengan air sama banyak, biarkan 15 menit, baru digerus dan diaduk
f. Adanya iodium / tanin dengan garam
alkaloida di dalam larutan atau mengendapkan alkaloid, maka
kedua zat terebut harus dipisah dan dicampur sendiri-sendiri dengan sebagian
dasar salep, kemudian keduanya baru dicampur.
3. Bahan padat tidak larut lemak dan
air
Contoh : zinci oxydum, acidum boricum
zat
tersebut diserbukkan dulu dengan pengayak no 100, kemudian diaduk dengan
bahan dasar sampai homogen
4. Bahan obat yg dimasukan terakhir
a. Ichtyol, jika digerus lama akan
terjadi pemisahan
b. Balsam (peru balsem) dan minyak
atsiri/ minyak mudah menguap
c. Air, agar permukaan mortir tidak
licin
d. Glycerin, sukar diserap oleh bahan
dasar
e. LCD (liquor carbonatis detergent)
f. Bahan obat bentuk cair
Bahan dasar berbentuk ½ padat
Vaselin,
adeps lanae atau lanolin
Dengan
mencampur langsung bahan obat dengan bahan dasar, diaduk sampai homogen
Bahan
dasar berbentuk padat
Cera
flava/alba, paraffin solid, carbowax, asam stearat, setil alkohol
Bahan
dasar tersebut harus dilebur dulu bersama dengan bahan dasar yang berbentuk
cair atau ½ padat, setelah meleleh diaduk samapai dingin.
Jika
bahan yang dilebur kurang bersih, dapat disaring dengang kasa (bahan tersebut dilebihkan
10-20 %)
Pembuatan salep dg bhn khusus
1. Oleum cacao
Jika
> 10% : dilelehkan tapi sebelum mencair turunkan dari water bath, + minyak
/masa salep, digerus homogen
Jika < 10 % : dibuat seperti apad pembuatan salep dengan
peleburan
2. Balsanum peruvianum
Jangan
ikut dipanasi, tambahkan pada masa salep yang telah dingin dan dicampur
terakhir
3.
Bahan obat dalam salep yang tidak
boleh dilarutkan :
Phenol,
zinci sulfas, oleum lecoris aselli (minyak ikan), antibiotik (ex. penisilin)
Ditinjau
dari kegunaan dalam terapi, salep dikelompokkan :
1. Salep epidermis
Untuk melindungi kulit/mengobati epithelium, dengan vehikulum : vaselin/
campuran hidrokarbon
2. Salep mukosa/diadermik
Melindungi/mengobati mukosa, dengan vehikulum : campuran vaselin 10-20%, adeps
lanae
3. Salep endodermik
penetrasi
lebih dalam dari permukaan kulit dengan vehikulum : beberapa lemak/ campuran
beberapa bahan yang mi\rip dengan lemak kulit manusia
Contoh Salep epidermik
R/ acid salicyl
0,6
sulfur
pp 1,2
vas
flav ad 30
s.us.ext
Salep u/ mukosa
R/
benzocain 0,1
tanin
3
adeps
lanae 10
vas
flav ad
50
Salep endodermik
R/
menthol 10
methyl
salicyl 10
adeps lanae
ad 100
mf ungt
Persyaratan
salep yang baik
1. Stabil secara fisika dan kimia
2. Obat harus terbagi merata, tidak
boleh ada bagian partikel yang kasar
3. Harus mudah dioleskan
4. Basis salep tidak merangsang kulit
5. Salep tidak boleh mengering
6. Tidak berbau tengik
PASTA
1. Pasta berlemak
Salep
yang mengandung lebih dari 50% zat padat/serbuk, karena jumlah lemak lebih
sedikit daripada serbuk, supaya homogen maka bahan dasar tersebut dilelehkan
terlebih dulu. Merupakan salep yang tebal, kaku, dan tidak meleleh pada suhu
badan.
Bahan
dasar : vaselin, paraffin liquid
2. Pasta kering
Pasta
yang bebas lemak mengandung 60 % zat padat/serbuk seperti ZnO, talc, Ca
carbonas.
Supaya
tidak menjadi kering salep ditempatkan pada tempat yang kedap dan ditambahkan
bentonit sebagai stabilisator
3. Pasta pendingin
Merupakan
campuran serbuk, minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan “salep tiga
dara”
Contoh
pasta
Pasta
berlemak
R/
resorcin
5
sulfur
5
ZnO
40
paraf
liq
10
cetostearylalkohol 12
vas flav
ad
100
Evaluasi
:
Kerjakan
resep-resep dibawah ini menurut aturan pembuatan salep & pasta :
1. R/
camphora
1
ol.cocos
1
adeps
lanae
18
m.f ungt
2. R/ Kalii
iodi
3
Lanolin
16
ungt.simplex
ad 30
3. R/ procain
HCl
0,1
Adeps
lanae
3
Zinci
oxyd
3
aqua rosae
1
vaselin
ad
30
4. R/
camphora
1
vaselin
flav
9
S.ungt
camphora
5.
R/ cocain
HCl
0,15
extract
belladonna 0,25
iodi
0,5
lanolin
5
vaselin flav
aa 10
s. ad us.
ext
6.
R/
resorcin
0,6
sulfur
pp
2,5
cetaceum
6
ol.
Cacao
3
ol.
Sesame
25
sue
8.
Unguentum acidi benzoici et acidi salicylici
R/ acidi benzoic
5
acidi
salicyl
5
lanolin
45
vaselin
45
s.u.e
POKOK BAHASAN VIII
TOPIK : CREAM
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa
mampu menjelaskan aturan / cara pembuatan cream
Tujuan
instruksional khusus :
- Mengetahui jenis-jenis basis krim dan tipe krim
- Menjelaskan aturan / cara pembuatan krim secara umum dan khusus
- Mengetahui emulgator yang dipakai pada krim
- Mampu mengerjakan resep-resep cream
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
VIII. CREAM
Cream
adalah sediaan ½ padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60%
air, dimaksudkan untuk pemakaian luar
Tipe
cream
1. Cream tipe W/O atau air dlm
minyak
2. Cream tipe O/W atau minyak dlm air
Untuk
membuat cream digunakan zat pengemulsi/emulgator. Beberapa contoh surfaktan :
Tween, span,
Na lauril sulfat
CMC
Kuning telur, gelatin
TEA stearat
Untuk
penstabil ditambahkan zat antioksidan (seperti BHT, BHA) dan pengawet (seperti
nipagin dan nipasol)
Ketentuan
umum cream
- Basis cream harus dibuat dulu, baru bahan obat dapat digerus dengan bahan obat yang sudah jadi
- Peraturan yang ada di unguentum tidak berlaku di cream. Jadi walaupun ada obat yang mudah larut dalam air tidak perlu dilarutkan cukup digerus halus kemudian tambahkan basis, gerus homogen.
Pembuatan
basis cream
1. Dibuat menjadi 2 fase, fase minyak
(dilebur) dan fase air (dilarutkan)
2. Bahan ½ padat dan bahan padat
(seperti lilin, vaselin, cera, as.stearat, parafin solid, setil alkohol )
dilebur bersama-sama di atas waterbath
3. Bahan berbentuk cair dan berbentuk
serbuk (seperti TEA, propilenglikol, nipagin) dilarutkan dalam air panas
4. Kedua fase dicampur panas-panas dan
diaduk sampai terbentuk massa cream
Contoh
basis vanishing cream (type o/w)
R/ As.
Stearat 142
lebur di atas wb
Gliserin 100
borax
2,5
TEA
10
+ air panas ad larut
Nipagin qs
Aqua
750
Contoh
basis cold cream (type w/o)
R/
spermaceti 12,5
cera
alba 12
paraf.
Liq. 56
borax
0,5
aquadest 19 ml
OTT
dalam cream
- Asam salisilat 1-3 %, jika > 3 % : krim a/ rusak
- ZnO + as salisilat dlm krim (mengandung air) akan terbentuk semen, karena air tidak bisa dihilangkan maka ZnO diganti dengan TiO2
- Neomisin SO4 yang bersifat asam OTT dengan basis vanishing cream (bersifat sabun), maka harus diganti dengan basis netral: Husa’s cream
Efek
obat lokal pd kulit
- Antipruritik : mengurangi rasa gatal-gatal
Menthol
0,25 %
Phenol
0,5 %
Camphora
2 %
- Antibakteri dan antifungi
Vioform
3 %
Tetracyclin HCl
3 %
Chloramphenicol
2-3 %
Nystatin
100.000 ug
- Keratolitik
Asam salisilat
4 - 10%
Sulfur
4 – 10%
Resorsin
2 - 4 %
- Antieksim : Hidrocortison acetat 0,5 – 1%
- Antiparasit : Lotio benzil benzoat 10-30 %
Evaluasi
Kerjakan
resep-resep dibawah ini sesuai dengan aturan pembuatan krim !
1.
R/ betametason
10 mg
asam citrate
50 mg
dinatrii hydrogenphospat 250 mg
chlorcresol
10 mg
vaselin
albi
1,5 mg
cetostearyl
alcohol
750 mg
paraffin
liq
600 mg
aquadest
ad
10 mg
2.
R/
emulgid 6
ol. Arachnid 9
cetacei
3
sulf. Praecip 2
nipagin
0,3
aqua ad 58
S.u.e
POKOK BAHASAN IX
TOPIK
: LARUTAN- SIRUP - ELIKSIR
Tujuan
instruksional umum :
Mahasiswa
mampu menjelaskan aturan / cara pembuatan larutan, sirup dan eliksir
Tujuan
instruksional khusus :
- Mengetahui istilah kelarutan
- Menjelaskan aturan / cara menimbang zat cair, melarutkan zat pada pembuatan larutan, sirup dan eliksir
- Mengetahui prinsip dan cara meningkatkan kelarutan zat
- Mampu mengerjakan resep-resep larutan, sirup dan eliksir
Metoda
: ceramah, diskusi/tanya jawab
Waktu
: 120 menit
IX. LARUTAN - SIRUP - ELIKSIR
LARUTAN/SOLUTION
Larutan
adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat yg dapat larut, biasanya
dalam pelarut air suling
Komponen
larutan terdiri dari
- zat terlarut (solute) : dapat berupa
zat padat, cair
- pelarut (solvent) : air, aqua
gliserinata, minyak
Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pd suhu kamar (25
0C), kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat/1 bagian
volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut
Istilah
kelarutan
Kelarutan
suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah
sebagai berikut :
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan
1. Sangat mudah
larut Kurang
dari 1
2. Mudah
larut
1 sampai 10
3. Larut
10 sampai 30
4. Agak sukar
larut
30 sampai 100
5. Sukar
larut
100 sampai 1000
6. Sangat sukar
larut
1000 sampai 10.000
7. Praktis tdk
larut
lebih dari 10.000
Kekuatan
kelarutan
Jumlah
zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam % b/v ( jumlah 1 gram zat
dalam 100 ml larutan), % v/v (jumlah 1 ml zat dalam 100 ml larutan), atau % b/b
(jumlah 1 gram zat dalam 100 gram larutan)
Faktor
yang mempengaruhi kelarutan
1. Sifat fisika kimia zat terlarut dan
pelarut
senyawa
basa lemah tidak begitu larut dalam air tapi larut dalam larutan asam
encer/pelarut organik, asam lemah lebih larut dalam alkalis.
Zat
obat yang berupa asam lemah/basa lemah dibuat dalam bentuk garamnya sehungga
lebih mudah larut dalam air
2. Suhu, umumnya kenaikan suhu
menyebabkan bertambahnya kelarutan suatu zat
Contoh zat-zat yang bertambah besar kelarutannya jika
dipanaskan :
a. Acidum bromicum
b. Natrii tetraboras (borax)
c. Calcii glukonas
Contoh zat yang berkurang kelarutannya jika dipanaskan:
d. Calcii hidroksida, calcii
hipophosfis
e. Natrii hidroksida (NaOH)
f. ZnCl2
3. Cara melarutkan /pembuatan larutan
Proses
pelarutan dapat dipercepat dengan cara :
· Menaikan suhu
· Mengurangi ukuran partikel
/memperbesar luas permukaan
· Pengadukan
· Menambahlan bahan pembantu pelarut
Zat yang tidak boleh dipanaskan dalam proses pelarutan
karena dapat terurai :
· Luminal natrium
· Calcii asetilsalisilas
· veronal natrium
· Natrii bicarbonate
4. Penggunaan zat tambahan/pelarut
campur
Cara
Menimbang Zat Cair
1. Zat cair atau cairan ditimbang dalam
botol yang digunakan sebagai wadah, terlebih dahulu timbangan ditara, dapat
juga ditimbang dalam cawan penguap untuk zat yang tidak menguap
2. Jika menimbang campuran cairan
caranya dengan menimbang cairan berurutan didalam botol dimulai dari cairan
yang tidak mudah menguap, dan yang jumlahnya sedikit.
3. Cairan yang mudah menguap ditimbang
terakhir untuk menghindari penguapan
Contoh
zatcair yang mudah menguap : eter, etil asetat, chloroform, S.A.S.A, valerianae
tinctura
Cara
Melarutkan Zat
1. Zat – zat yang mudah larut,
dilarutkan dalam beaker glass atau dilarutkan dalam botol, yang terlebih dahulu
botolnya dikalibrasi.
2. Zat – zat yang sukar larut
dilarutkan dalam air panas atau dengan pemanasan
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat
maka air dimasukan terlebih dahulu dalam erlemeyer agar tidak terbentuk hidrat
yang lebih lambat larutnya.
Contoh
zat tersebut : glukosa, borax, natrii bromidum
4. Untuk zat yang mudah meleleh dalam
air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlemeyer atau botol dalam
melarutkan dikocok untuk mempercepat larutnya.
Contoh
zat : codein base, nipagin, chlorbutanol
5. Zat – zat yang mudah terurai pada
pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan dan dilarutkan secara dingin
Contoh
: hexaminum, natrii bicarbonas, luminal natrium,calcii asetylsalicylas
6. Zat – zat yang mudah menguap bila
dipanasi dilarutkan dalam botol tertutup dan dipanaskan serendah-rendahnya
sambil digoyang-goyangkan.
Contoh
: camphora, thymol, acidum benzoicum, acidum salycilicum
7. Obat keras dilarutkan tersendiri.
8. Pemanasan hanya diperlukan untuk
mempercepat larutnya suatu zat bukan untuk menambah kelarutan, sebab bila
keadaan menjadi dingin akan terbentuk endapan.
Cara
Penyaringan
Cairan
yang diberikan pada pasien harus jernih, bila terdapat kotoran yang tidak larut
harus disaring, menggunakan kertas saring yang cocok.
Caranya
:
1. Pada corong diletakkan kertas lalu
dituangkan larutan yang akan disaring. Bagian filtrat yang pertama ( kira-kira
seperempatnya ) setelah dikocok dalam botol wadahnya dituangkan kembali kedalam
corong tadi, hal ini untuk menyaring serabut kertas filter yang ikut dengan
filtrat pertama, Setelah itu larutan semuanya disaring.
2. Untuk menjaga jangan sampai ada zat
yang terserap kertas saring sehingga mengurangi kadar obat, maka membuat
larutan lebih filtrat yang pertama dibuang
SIRUP
Sirup
adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa tidak kurang
dari 64 % dan tidak lebih dari 66%.
Sirup
berdasarkan kegunaan:
1. Sirup bukan obat
Mengandung bahan pemberi rasa dan tidak mengandung zat obat.
Kegunaannya
sebagai pembawa/korigens, untuk menutupi rasa/bau yang tidak enak
Contoh : sirup cerri, sirupus aurantii, sirupus simplex
2. Sirup obat
Menhgandung satu atau lebih bahan obat, yang digunakan untuk
terapeutik
Contoh : Sirupus sebagai
expectorant : sirup thymi
Sirupus sebagai
antitusiv : sirup codein
Sirupus sebagai antihelmintik : sirup piperazin
Sirupus
antibiotic
: sirup kloramfenikol
Pembuatan
sirup
Kecuali
dinyatakan lain dibuat sebagai berikut ; Buat cairan utk sirup, panaskan,
tambahkan gula kemudian tambahkan air mendidih secukupnya sampai bobot
yang dikehendaki.
Berdasarkan
sifat fisika kimia bahan obat, sirup dapat dibuat 4 cara :
1. Sirup dibuat dengan bantuan
pemanasan
Untuk komponen sirup yang tidak rusak/menguap oleh
pemanasan. Caranya gula dimasukan kedalam air, dipanaskan kemudian tambahkan
komponen lain yang tidak tahan panas, biarkan dingin, dan volumenya disesuaikan
sampai jumlah yang diminta dengan penambahan air. Untuk senyawa mudah menguap
(alcohol, minyak atsiri) ditambahkan terakhir.
2. Sirup dibuat dengan pengadukan
Untuk menghindari panas yang merangsang inversi sukrosa,
sirup dibuat dengan pengadukan. Misal sirup ferro sulfas. Proses ini memakan
waktu yang lebih lama tapi mempunyai kestabilan maksimal.
3. Penambahan sukrosa ke cairan obat
Untuk cairan obat seperti tinktur/ekstrak cair. Caranya
campur tinktur/ekstrak dengan air, biarkan terpisah kemudian saring. Ambil
filtratnya dan tambahkan sukrosa kedalam larutan sirup tersebut.
4. Perkolasi sumber bahan obat/sukrosa
Sukrosa dapat diperkolasi untuk membuat sirup. Komponen obat
diperkolasi untuk menjadi ekstrak kemudian tambahkan sukrosa
Misal : sirup ipecac, sirup tolu balsam
ELIKSIR
Eliksir
adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap,
mengandung bahan obat dengan bahan tambahan seperti pemanis, zat warna, pewangi
dan pengawet, digunakan sebagai obat dalam.
Sebagai
pelarut utama : etanol, dpt ditambahkankan gliserol, propilenglikol, sorbitol
Ciri
khas eliksir
1. Mengandung alkohol/etanol 3-44 %,
biasanya 5-10%
2. Rasanya manis tapi tidak semanis
sirup
3. Pemanis yang digunakan: gula/sirup
gula, sorbitol, gliserin, saccharin
4. Warna dan aroma menarik
5. Karena bersifat hidroalkohol, dapat
menjaga stabilitas obat
Pembuatan
eliksir
Larutan
sederhana dengan pengadukan / pencampuran dua atau lebih bahan cair.
Komponen
yang larut air dilarutkan dalam air, komponen larut alkohol dilarutkan dalam
alkohol. Campurkan larutan air ke dalam larutan alkohol, cukupkan sampai volume
yg ditentukan. Larutan akhir biasanya keruh, maka didiamkan dulu beberapa menit
kemudian disaring.
Contoh
: phenobarbital eliksir
R/ Phenobarbital 4
Propilen
glikol 100 ml
Alcohol
200 ml
Sorbitan solution 600 ml
Orange
oil
0,25 ml
Aquadest
ad 1000 ml
NETRALISASI
DAN SATURASI
Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan
suatu asam dengan basa (carbonat atau bicarbonat), dimana gas CO2 yang
terbentuk dihilangkan
Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan
suatu asam dengan basa (carbonat atau bicarbonat), dimana harus dijaga supaya
cairan mengandung gas CO2 yang jenuh.
Potio effervescent adalah obat yang mengandung gas CO2 yang
sangat/lewat jenuh dibandingkan saturasi
Daftar
/tabel penjenuhan : tabel IX di NP V
Contoh
saturasi: potio riveri (NP V)
R/ Na bicarbonas
6
acid
citricum
5
sir simplex
25
spiritus
citri
5
Aqua
160
Pembuatan
saturasi mengikuti aturan pembuatan Potio Riveri
1. Zat- zat netral dilarutkan dalam
larutan asam
2. Zat-zat yang mudah menguap,
tincture, ekstrak dalam jumlah sedikit dilarutkan dalam bagian yang asam yaitu
asam citrat.
3. Senyawa yang bereaksi alkalis seperti
Natrii Benzoas, natrii salicylas, dilarutkan dalam bagian basa yaitu larutan
Natrii Bicarbonas.
4. Zat – zat seperti Phenobarbital
Natrium dan Aminophilin meskipun dapat larut dalam bagian basa tetapi pada
penambahan bagiam asam akan menyebabkan terjadinya endapan maka zat – zat
tersebut tidak boleh dicampur dalam potio riveri tetapi dipisah dibuat serbuk
5. Pada pembuatan larutan secara
netralisasi dapat dipanaskan dan dikocook, sedangkan pada pembuatan secara
saturasi harus dibuat dalam keadaan dingin dan tidak boleh dikocok.
Perhatian pada pembuatan saturasi
1. 30 % air dipakai untuk melarutkan
asam dan 70 % air untuk melarutkan basa
2. Selalu bagian asam ditambahkankan ke
bagian basa
3. Zat yang besar bobotnya ditambahkan
dibagian asam untuk memperbesar BJ, sehingga jika dituang ke bagian basa dapat
langsung ke bawah
4. Pada saturasi tidak boleh ada
endapan, tidak boleh dikocok/sering dibuka
5. Zat yang mudah menguap dicampurkan
terakhir, tidak boleh dibolak balik
6. Garam netral dalam jumlah besar : 30
% pd bagian asam dan 70% pd bagian basa
7. Zat yang ditambahkan ke bagian basa
:
Garam
dari asam yang sukar larut (benzoat, salisilat), Garam NH4 dan K ,
jika ada asam tartrat, Garam Ca , jika ada citrat
8. Zat yang ditambahkan ke bagian asam
:
Sirup-sirup, garam alkaloid, antipyrin, codein,ekstrak dan
tinktur, zat yang mengandung lender, spiritus citri
9. Tidak boleh menambahkan gom
10. Dibuat
pada suhu serendah mungkin
11. Sebelum
dicampur bagian asam dan basa dapat disaring, tapi setelah dicampur tidak boleh
disaring lagi
Pembuatan netralisasi
- Asam dinetralkan dengan ammonia liquid
a.
Asam yg sukar larut dalam air : asam
salisilat, asam benzoate
Dihaluskan
dulu dengan sedikit air (sehingga terbentuk suspensi) kemudian ditambahkan
ammonia liquid setetes setetes. Periksa dengan Lakmus
b. Asam yg mudah larut dalam air : asam
asetat, asam sitrat
Asam
dilarutkan dalam air kemudian tambahkan ammonia liq
- Asam dinetralkan dengan karbonat
Asam
yang sukar larut dihaluskan dulu dengan air panas kemudian tambahkan karbonat
dan dikocok sampai CO2 lenyap
Evaluasi
Kerjakan resep-resep obat cair dibawah ini !
- R/ Ephedrine HCl 0,3
Ammonii
chloride 4
Sir.
Simplex
20
Aqua ad
180
S.t.d.d.C
- R/ Sol.Charcot 200
Luminal
Na
0,5
Valerianae tinct. 5
S.4.d.d.C
- R/ Phenobarbital 4
Propilenglikol
100 ml
Etanol
200 ml
Sorbitol
600 ml
Ol.citri
gtt III
Aqua
ad 1 lt
S.3.d.d
C1
- R/ Acetaminophen elixir 100
m.f.
da cum formula
S.3
d.d CthII
- R/ Potio Riveri 150
Codein Hcl
0.2
m.f.potio effev.
s.1.d.d.C
6. R/
Acid
citrat
2
Natrii Bicarbonat qs
Opii tintura 2
Aq. Ad
100
m.f.pot. 100
BetMGM: 1xbet korean review, review & bonus codes
BalasHapusRead about BetMGM, its online sportsbook, casino, casino, and sportsbook by legal online sportsbook operator, 1xbet 1xbet live korean. Rating: 9.3/10 · Review by legalbet.co.kr